kotatuban.com – Debit air Bengawan Solo diketahui surut sejak dua hari terakhir. Seiring dengan surutnya air Bengawan Solo tersebut meninggalkan masalah baru bagi warga yang tinggal dibantaran, yakni timbulnya sampah.
Seperti yang terlihat disalah satu DAS Solo yang tidak mempunyai plengsengan penahan bantaran adalah Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang. Di desa tersebut, terlihat banyak sekali sampah yang tertinggal dan tersangkut pada pohon-pohon yang ada di tepi bengawan. Sehingga, serakan sampah tersebut menjadi pemandangan yang kurang nyaman.
”Ya, kalau air bengawan surut banyak smpah, karena sebelumnya terbawa air dari daerah hulu,” terang, Hendrik, salah satu warga Desa Kebomlati kepada kotatuban.com, Selasa (24/02).
Selain sampah yang berserakan, arus air Bengawan Solo juga membuat tanah yang berada dialiran juga tergerus atau abrasi. Bahkan, saat ini, tanah yang tergerus air bukan lagi milik wilayah Balai Besar Bengawan Solo (BBBS). Tetapi tanah milik warga dan sebagian Tanah Kas Desa (TKD). Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya usai musim penghujan ataupun banjir.
”Tiap tahun tanah yang terkena abrasi bertambah, contohnya itu lapangan yang sekarang tinggal separuh dan terpaksa kita pindah,” jelas Kepala Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang, Mutalib.
Di Desa Kebomlati sendiri, sedikitnya 25 rumah warga yang awalnya berada di tepi bantaran sudah direlokasi sejak 18 tahun terakhir. Selain itu akses jalan desa sekitar 1 kilometer juga sudah terputus karena air terus menggerus bantaran sungai yang tidak mempunyai plengsengan. (duc)