kotatuban.com – Nasib malang menimoa Ahmad Ardiansyah (22) warga Jalan Cendana III, nomor 23 di Perumahan Tasikmadu, Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang mengalami lumpuh layu. Tragisnya Yuanita Wulansari (28) kakaknya yang merawatnya justru meninggalkannya dan bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) hanya bisa terbaring lemah.
Kini, Ahmad Ardiansyah yang hanya bisa bwrbaring lemah hanya dirawat keduanorang tuanyabyamg sudah usia lanjut. Ahmad Ardiansyah mengindap lumpuh sejak dilahirkan. Badannya lemah hanya menyisakan tulang dan kulit saja. Dia tidak mampu beraktivitas apapun. Selama ini, semua aktivitas yang dia lakukan bergantung kepada kedua orang tuanya.
Ardiansyah hanya tergeletak di kamar sederhana miliknya. Tampak sesekali pemuda malang tersebut mengambil botol dot berisi susu dan meminum layaknya bayi. Sebab, dia tidak bisa minum dengan gelas biasa.
”Adiknya ini menderita tulang layu sejak lahir, sebelum ditinggalkan dan bergabung dengan Gafatar, ya Yuanita yang merawatnya ” jelas orang tua Ardiansyah, Sunarko (55), kepada kotatuban.com, Sabtu (16/01).
Ahmad Ardiansyah, adalah adik kandung dari Yuanita Wulansari, perempuan yang menghilang bersama suaminya, Patria Budi Setyawan (30) dan mengajak serta anaknya Jessica Avril Setyawardhana yang masih berusia 4,5 tahun. Sudah beberapa bulan keluarga kecil ini pergi ke Kalimantan dan diduga ikut bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Perempuan yang juga tercatat sebagai mahasiswa di salah satu kampus di Tuban ini, memang pernah mengajak semua keluarganya turut serta ke Kalimantan. Tetapi orang tuanya tidak mau dengan alasan kasihan dengan nasib adik kandungnya.
”Saya bilang kepada Yuanita, apa kamu tidak kasihan dengan nasib adik kamu,” kenang Sunarko, sebelum Yuanita berangkat Oktober 2015 lalu dan tidak kembali sampai sekarang.
Beragam pengobatan telah dilakukan keluarga agar Ardiansyah bisa sembuh. Mulai dari cara medis termasuk dengan membawanya ke dokter ahli tulang di Solo, sampai dengan berbagai macam cara pengobatan alternatif.
”Hasil pemeriksaan medis, ada kesalahan saraf dari tulang belakang yang mengenai otak Ardiansyah. Sehingga pertumbuhannya tidak bisa normal,” tutur Sunarko dengan sedih.
Sebelumnya, pertumbuhan Ardiansyah normal sampai dia Balita. Bahkan badannya gemuk dan sudah bisa berjalan. Tetapi, mendadak saja anaknya hanya terduduk dan tidak bisa berdiri. Bahkan, kondisinya semakin menurun drastis dan membuat orang tua ini melakukan pengobatan.
Awalnya, orang tuanya masih sanggup untuk membawa anaknya berobat. Berbagai rumah sakit dan pengobatan alternatif di berbagai kota dia datangi. Mahalnya pengobatan menjadikan harta benda mereka habis. Termasuk rumah yang pernah mereka tinggali.
Beruntung, Yuanita bisa membeli rumah meski dengan cara kredit, sehingga nasib mereka tertolong di rumah sederhana yang ada di Jalan Cendana III, nomor 23 di Perumahan Tasikmadu, Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
“Dulu masih muda saya bekerja dan semuanya bisa saya jual untuk biaya berobat, sekarang saya sudah tua dan biar lah kami rawat sebisanya,” kata Sunarko dengan mata berlinang memikirkan nasib anaknya.
Sementara itu, ibunda Ardiansyah, Titik Mudiarti (45), menceritakan Ardiansyah nyaris meninggal dunia, karena lahir prematur diusia kandungan 8 bulan. Tetapi Tuhan masih memberi kesempatan masih bisa bernafas meski belum berada di rumah sakit.
”Ardiansyah pada waktu lahir dalam kondisi prematur. Mungkin itu, yang mengkibatkan dia sakit sampai saat ini. Dan kami berharap Yuanita segera bisa pulang kembali merawat adiknya. Ardiansyah juga selalu menanyakannya,” pungkas wanita paruh baya tersebut. (duc)