kotatuban.com – Pemkab Tuban menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Tuban terkait pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Dalam Rakor yang dipimpin Wakil Bupati Tuban, Noor Nahar Hussein. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Kajari Tuban, Kepala BPN, Sekretaris Daerah, Asisten Pemerintahan, Inspektur Inspektorat serta Perwakilan Polres dan Kodim 0811 Tuban serta Camat dan Kepala Desa Se-Kabupaten Tuban.
Dalam sambutannya, Wabup menyampaikan, saat ini penting bagi masyarakat untuk mengetahui tentang proses pendaftaran tanah yang terdapat sedikit perubahan, mengingat masyarakat Tuban yang khususnya kurang mampu agar dapat mengikuti program pensertifikatan tanah serentak ini dengan cepat, mudah, dan murah.
”Untuk itu seluruh tanah saat ini harus didata dan diukur tanpa terkecuali, meskipun tidak memilki sertifikat tetapi setidaknya kita sudah memiliki petanya, khususnya untuk aset-aset di bidang pendidikan, untuk bisa ditertibkan, agar semua mempunyai sertfiikat,” ungkapnya.
Wabup menambahkan, permasalahan kerap kali muncul saat melakukan pengurusan sertifikat karena adanya perbedaan status tanah, yang mempengaruhi besaran biaya yang harus dibayar. Contohnya tanah warisan atau jual beli berbeda biayanya dengan tanah negara.
“Untuk itu saya minta seluruh Camat dan Kades agar mensosialisasikan program PTSL ini kepada warganya. Para kades juga saya minta untuk terus saling berkoordinasi untuk meminimalisasi terjadinya kesalahpaman. Harus ada kesepakatan antar warga dan petugas besaran biayanya, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan,” tegasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Tuban, Ganang Anindito, yang menjelaskan bahwa terdapat sekitar 67.500 bidang tanah yang harus dipetakkan di tahun 2019 dan diharapkan ada sekitar 56.000 yang di daftarkan sertifikatnya.
“Kami sudah inventarisir terhadap usulan-usulan dari kepala desa yang masuk ke BPN, ada sekitar 43 desa yang sudah mengajukan kepada kami, dan sudah kami SK-kan dan telah di laporkan ke pusat untuk segera dilaksanakan pengukuran dan pensertifikatkan tanah di tahun 2019 ini” jelasnya.
Saat ini menurut Kepala BPN sudah ada beberapa desa yang sangat kooperatif memiliki keinginan untuk cepat pengurusannya, dari pihak BPN-pun mulai bulan Desember tahun lalu sudah melakukan pengukuran.dan koordinasi dengan beberapa desa terutama di desa Kecamatan Soko dan Rengel.
“Saat ini totalnya sudah ada 6 desa dan sudah ada 8.000 bidang yang di ukur. Saya berharap untuk desa-desa yang lain untuk mempercepat agar segera mengajukan usulan ke BPN agar segera dilakukan pengukuran” terangnya.
Untuk proses penyuluhan, pengumpulan data fisik, pengumpulan data yuridis, dan penerbitan sertifikat semuanya dibiayai oleh APBN, sehingga tidak ada biaya lain yang harus di bebankan kepada masyarakat.
“Pengecualian biaya untuk melengkapi surat-menyurat/berkas-berkas, kebutuhan materai, biaya pal batas tergantung dari bentuk tanahnya, biaya foto copy KTP, KK ataupun surat keterangan lain yang perlu disampaikan oleh BPN,” ujarnya.
Sebagaimana hal yang disampaikan oleh Wabup, bahwasannya dalam pelaksanaanya nanti semua bidang tanah akan di ukur tanpa terkecuali, baik tanah milik Pemkab, Instansi, perorangan tanah wakaf, dan tanah kas desa.
“Perlu diketahui juga pada tahun 2018 sudah ada sekitar 700 lebih tanah kas desa yang sudah disertifikatkan. Tanah untuk SD dan Puskesmas juga bisa di sertifikatkan asalkan tanahnya milik Pemkab. Akan tetapi apabila tanah tersebut milik desa, dan di atas bangunannya dibangun Pemkab maka hal tersebut perlu dimusyawarahkan oleh desa dan Pemkab terlebih dulu,” pungkasnya. (rto)