kotatuban.com- Angka kematian bayi (AKB) di Tuban saat persalinan tergolong tinggi. Bahkan, pada 2013 lalu justru naik dibanding tahun sebelumnya. Pada 2013 AKB mencapai 171 kasus, sementara pada 2012 sebanyak 155 bayi yang mati saat persalinan.
Sejak lima tahun terakhir kasus AKB di Tuban saat persalinan masih fluktuatif. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tuban, pada 2009 terjadi kematian bayi sebanyak 118 kasus. Tahun 2010 sebanyak 167 kasus, tahun 2011 sebanyak 174 kasus, 2012 sebanyak 155 kasus dan pada 2013 sebanyak 171 kasus.
“Kasus AKB tiap tahun memang naik turun. Namun, jika dilihat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan angka penurunan, meski tidak seimbang,” tutur Kasi Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Tuban Muselah, Minggu (12/1).
Dikatakan Muselah, masih banyaknya kasus AKB saat persalinan ini dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya, penyakit kronis yang diderita oleh ibu hamil seperti penyakit jantung, TBS, paru-paru dan sejumlah penyakit kronis lainnya. Namun, mereka tetap memaksakan untuk memiliki momongan.
Seharunya, tegas wanita alumnus UGM Fakultas Kedokteran 2001 itu, sebelum merencanakan memiliki momongan, terlebih dahulu memeriksakan kondisi kesahatan. ‘’Penyakit kronis yang dideritanya harus disembuhkan lebih dahulu, baru memiliki momongan,” sarannya.
Selain itu, faktor usia juga sangat mempengaruhi kesehatan bayi. Usia yang rawan untuk hamil yakni usia di bawah 20 tahun atau menikah di bawah umur dan di atas 35 tahun. Dijelaskan dia, untuk usia di bawah 20 tahun ini rawan karena fungsi reproduksi belum sempurna. Sementara di atas 35 tahun, kondisi mis V yang dimiliki calon ibu sudah mulai mengkerut. Sehingga, hal itu juga rawan saat melahirkan.
Dia berharap agar ibu hamil selalu memeriksakan kesehatan dirinya maupun kondisi kandungannya. Bahkan, saat memeriksa kandungan melakukan konsultasi apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. “Dengan memeriksakan kesehatan secara rutin bisa diketahui kondisi anak yang dikandungnya,” terangnya. (ros)