kotatuban.com – Cuaca tidak menentu yang saat ini masih terjadi membuat petani garam di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang ,Tuban, belum dapat memproduksi garam. Peralihan musim hujan ke musim kemarau yang cukup lamban membuat mereka sampai saat ini masih melakukan proses awal penyiapan lahan garam. Sebab, hujan sesekali masih mengguyur diwilayah mereka.
“Mestinya jika peralihan cuaca ini normal sudah bisa panen garam, tapi, sekarang ini malah belum berproduksi padahal sudah Agustus,” ujar Lastopo (50) petani garam asal Kradenan, Kecamatan Palang Tuban.
Cuaca ini meyebabkan petani garam tidak dapat memproduksi kristal putih itu. Bahkan banyak dari mereka yang sampai beralih profesi, seperti ikut melaut mencari ikan, menjadi kuli panggul hingga menarik becak. Sementara mereka yang tidak memiliki pekerjaan lain hanya bisa pasrah menunggu cuaca membaik untuk produksi garam.
“Karena cuacanya belum bagus banyak yang menjadi buruh tani atau ikut melaut sambil menunggu cuaca bagus,” sambung Lastopo yang ditemui di lahan garam miliknya di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang.
Menurut Lastopo, proses produksi garam sudah terlambat sampai tiga bulan lebih, bahkan sejak puncak musim penghujan pada April lalu hingga saat ini, belum ada garam yang dapat diproduksi para petani garam di Kecamatan Palang itu.
“Kemarin saja masih hujan, mestinya sejak bulan lima sudah ada garam yang bisa dipanen,” kata Lastopo, yang saat itu tengah sibuk meratakan lahan garam dengan alat silinder.
Diketahui, tahun ini memang merupakan musim kemarau basah, sehingga sesekali hujan masih mengguyur meski dengan intensitas cukup rendah. Guyuran hujan di lahan garam menjadi pengaruh sangat besar bagi proses penguapan air laut menjadi kristal garam.
“Tahun ini garam tidak akan sebagus musim lalu, biasanya dua hektar lahan garam garapan saya mampu menghasilkan 30 ton garam, sekarang setengahnya mungin tidak sampai,” keluhnya.
Sementara itu, untuk harga garam saat ini sebenarnya cukup bagus yakni Rp300 per kilo, sayangnya panenan garam justru tidak ada saat harga membaik seperti sekarang ini. “Sekarang 300 rupiah per kilo, tapi nanti saat panen paling tinggi 250 rupiah per kilogram,” tandas Lastopo. (kim)