oleh

Dililit Kemiskinan Dapit Sering Bolos Sekolah

kotatuban.com – Kemiskinan dan kehidupan serba kekurangan membuat Muhammad Wi Dapit (12) tidak bisa sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Bocah kelas V di SDN Kapu 2, Kecamatan Merakurak tersebut terpaksa sering tidak masuk karena harus membantu orang tuanya diladang.
Jika musim tanam atau musim panen anak pertama pasangan dari Tarsani (62) dengan Saripah (35) tersebut sering tidak masuk sekolah. Dalam seminggu Dapit bisa 3-5 hari tidak masuk sekolah. Bahkan, terkadang Dapit dalam seminggu sama sekali tidak berangkat sekolah.
Sehingga, sering kali guru Dapit mendatangi rumahnya yang berada dilahan milik Perhutani BKPH Merakurak, KPH Tuban, Desa Kapu, Kecamatan Merakurak untuk melihat anak yang berprestasi tersebut, walaupun sering bolos sekolah.
”Jika musim panen atau musim tanam seperti ini saya terpaksa sering tidak masuk sekolah. Karena harus membantu bapak saya. Kasihan kalau bapak hanya bekerja dengan ibuk saja,” ungkap, Dapit, Jumat (03/03).
Namun, lanjut Dapit mengatakan, walaupun sering tidak masuk sekolah, dia tetap belajar di rumah untuk mengejar ketertinggalan pelajaran dengan teman-temannya. Sehingga, dirinya masih mampu mendapatkan peringkat dua di kelasnya.
”Walaupun saya sering tidak masuk sekolah. Saya tetap belajar di rumah,” tandasnya.
Diketahui, Tarsani (62) beserta isteri dan dua anaknya hidup bertahun-tahun serba kekurangan dilahan milik Perhutani BKPH Merakurak, KPH Tuban. Dilahan Perhutani yang turut Desa Dusun Tegalpelem, Desa Kapu, Kecamatan Merakurak tersebut Tarsani mendirikan rumah berukuran sekitar 7 X 4 meter yang berdindingkan bambu dan daun jati.
Didalam rumah yang jauh dikatakan layak tersebut Tarsani dan keluarganya juga harus rela tinggal berdesak-desakan. Apalagi saat musim panen seperti saat ini Tarsani dan keluarganya juga harus rela tidur diatas jagung hasil panenannya yang tidak seberapa.
”Asli saya dari Pongpongan Kecamatan Merakurak, dan isteri saya berasal dari Grabakan. Saya dan istri sama-sama tidak punya apa-apa. Akhirnya, nekat tinggal dilahan milik Perhutani sejak tahun 2012 lalu,” cerita Tarsani kepada kotatuban.com, Senin (27/02). (duc)