kotatuban.com – Petani udang vaname di KabupatenTuban terancam merugi hingga ratusan juta rupiah akibat serangan penyakit white spot, yakni bintik putih pada udang, yang membuat udang mereka mati. Untuk mengurangi resiko kerugian yang lebih banyak terpaksa dilakukan panen dini.
With spot menjadi penyakit paling ditakutkan petani udang lantaran penyakit ini nyaris tidak dapat ditanggulangi. Petani harus melakukan panen segera saat udang sudah menunjukan gejala with spot, meski belum memasuki masa panen.
“Nyaris tidak dapat ditanggulangi, kalau sudah muncul gejala seperti ini harus seregera dipanen, kalau tidak, bisa mati semua, hanya hitungan hari,” ujar Samsudi, petani udang vaname di Desa Socorejo, Kecamatan Jenu, Tuban, Selasa (15/11).
Samsudi yang saat ditemui tengah panen udang mengaku, sebenarnya udangnya belum memasuki masa panen, karena baru berumur dua bulan. Namun begitu panen harus dia laukan lantaran sudah banyak udang miliknya yang mati akibat serangan penyakit bintik putih pada udang itu.
“Ini baru dua bulan, mestinya empat bulan baru panen untuk mendapatkan hasil maksimal,” katanya.
Warga Perbon, Tuban itu mengaku, terpaksa melakukan panen udang miliknya. Sebab jika tidak dipanen sekarang, kerugian akibat penyakit bintik putih pada udang akan semakin besar.
“Kalau tidak dipanen sekarang bisa mati semua udangnya. Ini untuk meminimalisir kerugian, setidaknya bisa diselamatkan meski tidak bisa balik modal,” imbuhnya.
Diakui Samsudi, budi daya udang setahun belakangan memang tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Selain masalah penyakit, faktor cuaca yang tidak terlalu mendukung budidaya udang juga menjadi tantangan berat petani udang saat ini.
“Tidak hanya penyakit, cuaca juga menjadi tantangan berat usaha budidaya udang kurang lebih satu tahun terakhir. Penyebab lain mungkin lahan sudah mulai jenuh, atau farietas udang yang sudah perlu diganti, “ ungkap Samsudi.
Akibat serangan penyakit ini, petani udang terancam merugi hingga ratusan juta rupiah, seba hasil panen dini tersebut tidak akan dapat menutup ongkos produksi mulai bibit, perawatan dan obat-obatan.
“Ruginya bisa puluhan hingga ratusan juta mas, tergangung berapa luasan budidayanya,” katanya. (kim)