kotatuban.com-Badan Penanggukangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban masih melakuka droping air kepada 35.177 kepala keluarga yang berada di 55 desa dan tersebar di 12 kecamatan terdampak kekeringan. Jumlah itu terhitung meningkat dibandingkan dua bulan sebelumnya yang hanya 9 kecamatan. Itu berarti ada berapa kecamatan yang tidak masuk prediksi BPBD juga ikut terdampak kekeringan kemarau panjang tahun ini.
“Kami masih melakukan droping air dan menjelang akhir musim ini ada 12 kecamatan yang terdampak kekeringan,” ujar kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, Joko Ludiono, Sabtu (14/11).
Data BPBD Tuban menyebut, ke 12 kecamatan itu adalah Kecamatan Parengan, Grabagan, Semanding, Senori, Bangilan, Kerek, Montong, Soko, Rengel, Bancar, Jatirogo dan Kenduruan.
“Kenduruan dan Jatirogo yang sebelumya tidak masuk peta kami juga menghubungi minta droping ari bersih, itu berarti luasan wilayah kekeringan lebih banyak dibanding dengan prediksi kami,” terang Joko.
Dia menambahkan, tidak hanya lusan wilayah yeng bertaambah, kebutuhan air bersih warga juga meningkat seiring dengan semakin sulitnya persediaan air bersih. Sementara hujan yang mengguyur sebagian kecil wilayah Tuban belum berpengaruh terhadap ketersediaan air.
“Dan parahnya lagi, kami yang biasanya memberikan droping air 2 rit (dua tangki) setiap dua hari, sekarang 4 rit, mengingat kebutuhan warga dan ketersediaan air yang semakin menipis dipenghujung musaim ini,” tambahnya.
Sementara itu, prediksi Badan Meterologi Kimatolog dan Geo Fisika (BMKG) yang diterima BPBD Tuban, hujan yang sempat turun dibeberapa wilayah di Jawa Timur mash bersifat loka dengan intensitas rendah. Dan untuk wilayah Kabupaten Tuban sendiri, musim hujan diprediksi akan berlangsung akhir Desember atau awal Januari mendatang.
“Hujan yang terjadi ini belum dapat dikatakan masuk musim penghujan, sebab indikatornya belum muncul, salah satuunya air permukaan yang sampai sekrang juga belum dapat kita lihat,” katanya.
Untuk diketahui, musim kemarau telah dimulai sekitar tujuh bulan lalu, hal itu membuat persediaan air semakin menipis. Dampaknya sudah dapat diprediksi, selain kesulitan air bersih untuk kebutuhan mencuci dan minum, lahan pertanian juga banyak yang kekeringan sehingga tidak mampu produksi. (kim)