oleh

Guru BK Terpaksa Dampingi Siswa Inklusi

Kepala SMPN 6 Tuban, Zainal Maftuhien
Kepala SMPN 6 Tuban, Zainal Maftuhien

kotatuban.com-Sejak tahun ajaran baru 2014/2015,  Dinass Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinas Dikpora)Kabupaten Tuban menetapkan 20 Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk menerima siswa inklusi. Selain itu, sekolah yang memiliki siswa inklusi juga harus menyediakan guru pendamping siswa berkebutuhan khusus itu.

Namun, sejumlah sekolah belum memiliki guru pendamping, akhirnya pendampingan bagi siswa inklusi diserahkan guru Bimbingan dan Konseling (BK).
“Tahun ini memang baru sosiaisasi, sambil menunggu work shop buat pendampingnya. Sementara siswa inklusi di sekolah kami guru pendamping ditangani guru BK,” ujar Kepala Sekolah SMPN 6 Tuban, Zaenal Maftuhien.

Menurut Zaenal, siswa inklusi yang belajar bersama dengan siswa umum di sekolah reguler meruakan hal baru, sehingga, pihaknya masih mencari formulasi untuk penanganan dan pendampingannya. Selain juga mengikutkan pelatihan bagi guru pendamping khusus (GPK) untuk pelatihan.

Ditambahkan Zaenal, untuk penanganan dan pendampingan siswa inklusi masih dilakukan oleh guru BK yang ditunjuk sekolah. Dengan cara siswa berkebutuhan khusus mengikuti pembelajaran dalam kelas bersama siswa lainnya. Sementara guru pendamping khusus memberikan pemahaman bagi siswa inklusi agar tetap mampu mengikuti pembelajaran di kelas.

“Disamping guru yang memberikan materi ke siswa, guru pendamping ini nanti yang membantu siswa khusus itu untuk menyerap pelajaran. Karena memang siswa inklusi itu lebih lamban dibanding siswa lain umumnya,” jelas Zaenal.

Diakui Zaenal, ada satu kendala yang terkadng harus dihadapi oleh pendamping maupun sekolah dalam memberikan penanganan terhadap siswa inklusi. Siswa inklusi terkadang hiper aktif dan memiliki dunianya sendiri. Saat seperti itulah siswa berkebutuhan khusus akan sulit ditangani dan terpaksa dipisahkan dari kelas agar tidak mengganggu siswa lainnya.

“Kalau sudah seperti itu, kadang siswa inklusi itu marah tidak karuan, kami terpaksa mengeluarkan mereka dari kelas untuk ditenangkan oleh pendampingnya,” papar Zaenal. (kim)