oleh

Harga Tembakau Anjlok Tinggal Rp 1000/Kg

Petani tembakau makin merugi
Petani tembakau makin merugi

kotatuban.com – Petani tembaku di Kabupaten Tuban mengeluhkan rendahnya harga tembakau pada panen pertama musim tanam tahun ini. Pasalnya daun tembakau hanya dihargai Rp100.000 per kwintal atau Rp1.000 per kilogramnya.

“Rendah sekali, saya baru petik dapat dua kwintal laku 180 ribu rupiah,” ujar Warisan (60) Petani tembakau di Desa Ngino,Kecamatan Semanding, Tuban, saat ditemui di lahan tembakau miliknya, Kamis (25/08).

Warisan mengaku, jika harga tetap rendah, dia memprediksi hasil tembakaunya tidak akan mampu menutup ongkos produksi yang sudah dia keluarkan, ditambah satu bulan belakangan, hama ulat daun menyerang tembakau. Hal tersebut membuat petani tembakau harus megeluarkan ongkos tambahan untuk membersihkan ulat pemakan daun dari pohon tembakau.

“Ini saja banyak hama, biaya lagi untuk buruh membersihkan ulat. Sehimgga biaya yang dikeluarkan petani bertambah banyak dibanding musim tahun lalu” keluhnya.

Warisan berharap, saat panen tembakau berikutnya harga tembakau membaik, sebab panenan daun pertama ini memang sudah umum tidak terlalu mahal karena merupakan daun paling bawah.Tahun lalu daun tengahan mampu dijual Rp200.000 hingga Rp250.000 per kwintal dan daun terbaik bagian ujung mencapai Rp350.000 per kwintal.

“Semoga saja bisa sama dengan tahun sebelumnya, soalnya didaerah sini juga tidak terlalu banyak yang nanm tembakau, maklum bulan tembakau sedikit terlambat dari biasanya,” papar  kakek berperawakan kurus itu.

Terpisah petani tembakau lain di  Dusun, Sundulan, Desa Sumberagung,  Kecamatan Plumpang, Muhammad Sueb, juga megeluhkan rendahnya harga tembakau dan serangan hama ulat daun dilahan tembakau miiknya. Petani ini juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar buruh pembersih daun dari ulat yang menyerang bagian pucuk. Setiap hari rata rata Rp25.000 per orang dikeluarkan untuk membersihkan daun dari serangan ulat.

“Bulan depan waktunya panen, tapi daun tembakau banyak yang rusak akibat serangan ulat, ditambah lagi masih ada hujan,” keluh petani  ini. (kim)