kotatuban.com – Jelang masa panen jagung, petani di wilayah Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, berharap kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Jawa Timur, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, menstabilkan harga agar harga jagung tidak jatuh.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Merakurak, Setyo Budi mengungkapkan, harga jagung sudah membaik sejak September 2015, antara Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per kilogram. Dan bulog sebagai stabilitatas harga mampu mengerem anjloknya harga jagung dimusim panen.
“Petani itu, ketika harga jagung Rp 4.000 per kilogram, senengnya bukan main, tapi kalau harganya di bawah Rp 3.000 mereka akan rugi,” kata Budi, Jumat (04/03).
Ke depan, Budi berharap Bulog dapat menentukan patokan harga jagung agar petani tidak rugi. Salah satu caranya adalah dengan membuka akses kerjasama dengan pabrik pengolahan jagung.
“Tentu sangat besar harapan petani, ada semacam jaringan kelompok dengan bulog atau pabrik Jagung,” kata Budi.
Menurutnya, selama ini, pihak Bulog belum menyentuh persoalan jagung, khususnya di wilayah Merakurak. Di wilayah itu, petani bisa memanen jagung antara 6 ton sampai 7 ton per hektar. Sedangkan luas lahan pertanian jagung sekitar 3.500 milik warga dan sekitar 1.500 hektare di tanam di wilayah Perhutani, dan hampir seluruh hasilnya dijual ke tengkulak.
“Selama ini, petani menjual jagungnya kepada tengkulak palawija. Di sini lah kadang tengkulak seenaknya memainkan harga,” terang Budi yang juga Ketua Gapoktan Mekarsari Tuwir Wetan itu.
Ia mengatakan, petani jagung mulai merasakan keuntungan sejak pemerintah pusat membatasi impor jagung tahun lalu. Budi yang mewakili para petani jagung juga berharap pemerintah mengambil kebijakan serupa lalu dibantu Bulog menstabilkan harga.
“Peran pemerintah sudah bagus, dengan berbagai bantuan, mamun tentu saja bantuan melalui berbagai program untuk peningkatan kapasitas produksi itu, juga harus diimbangi dengan penguatan pemasaran atau harga,” imbuh Budi. (kim)