kotatuban.com – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memberikan target kepada Pertamina dan Menteri BUMN untuk mengotimalkan kinerja PT. Trans – Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban. Kilang minyak ini sahamnya kini 98 persen dimiliki Pertamina (persero).
“Meski Pak Menteri BUMN, minta waktu 4 tahun tapi kami targetkan 3 tahun harus sudah optimal.Saya sudah menunggu 5 tahun lho,” terang Presiden Jokowi sambil melirk enteri BUMN, Erick Thohir yang mendampingi kunjungannya di TPPI Tuban, Sabtu (21/12/2019).
Presiden menjelaskan Kilang TPPI merupakan salah satu kilang terbesar di Indonesia yang menghasilkan banyak produk petro kimia dan BBM. Produk tersebut diantaranya, premium, pertamax, LPG dan yang lainnya.
Direktur Utama Pertamina yang menyertai kunjungan Presiden RI, Nicke Wdyawati menjelaskan, Pertamina siap mengembangkan area kilang TPPI di Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional.
“Target yang ditentukan Bapak Presiden tentu akan kami upayakan terpenuhi, mohon doanya seluruh bangsa Inoonesi, karena ini proyek yang sangat strategis, “ ungkap Nicke Widyawati.
Ditambahkan, peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp 40 – 50 triliun per tahun. Selain itu, bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.
“Pembangunan komplek industri Petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, karena sesuai dengan trend bisnis masa depan,” ujar Nicke.
Pembangunan industri Petrokimia, lanjut Nicke, juga akan lebih efisien karena dintegrasikan dengan kilang, sehingga produk samping petrokimia dapat dimanfaatkan kembali oleh kilang baik untuk bahan bakar kilang itu sendiri maupun dapat menjadi produk BBM.
“Infrastruktur penunjang dan utilitas dapat juga dimanfaatkan secara bersama-sama dengan menurunkan biaya energi hingga 10% dan biaya personel turun 10% sehingga biaya operasional turun sampai 15%,” imbuh Nicke.
Langkah mengintegrasikan kilang TPPI untuk pengembangan industri petrokomia dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B TubanPetro yang merupakan induk usaha TPPI, senilai Rp 3,1 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51 persen.
Nicke menjelaskan, restrukturisasi TubanPetro juga merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility), di mana mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia ataupun mogas. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.
Selain itu, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan juga bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. Dengan tingkat keuntungan yang maksimal, maka proyek-proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.
“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” ujar Nicke.
Pada saat yang sama, melalui proyek RDMP dan GRR, Pertamina juga sedang membangun kilang Tuban dengan investasi US$16 miliar, yang nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.200 ktpa, paraxylene 1.300 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.
“Pembangunan industri petrokimia nasional akan turut memperkuat neraca perdagangan, menghemat devisa dan mengurangi impor bahan baku dan produk petrokimia,” pungkas Nicke. (ims)
Comments are closed.