Kotatuban.com – Perencanaan permasalahan stunting merupakan masalah serius dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Tantangan tersebut harus ditangani dengan baik untuk mencetak generasi unggul, berdaya saing, dan berkualitas.
Kabupaten Tuban saat ini tengah fokus dalam penanganan stunting. Meski angka stunting di bawah nasional, namun tidak menjadi pengecualian dalam penanganan stunting dengan optimal melalui program kolaboratif antar OPD.
Stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Kondisi fisik anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
Hal itu disampaikan Tenaga Ahli Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kementerian Desa, Agus Wahid, Selasa (21/9/2021).
Menurut Agus Wahid, berdasarkan Permen Desa PDTT Nomor: 13 tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021, salah satu prioritas nasional skala desa adalah penanganan stunting. Untuk itu, diminta Pemdes lebih serius dalam menangani problema itu melalui penambahan alokasi dana desa di APBDes.
Desa juga harus memfasilitasi Kader Pembangunan Manusia yang telah ada di desa. Mereka harus dioptimalkan dalam menjalankan lima paket layanan konvergensi stunting.
“Paket itu meliputi Layanan Kesehatan Ibu dan Anak, Integrasi Konseling Gizi, Air Bersih dan Sanitasi, Perlindungan Sosial, dan Layanan PAUD. Semuanya harus digarap oleh lintas OPD. Kolaborasi antar instansi sangat dibutuhkan, sebab kami kementerian tidak bisa sendiri,” tutur Agus.
Sedangkan Kabid Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Pipin Diah Larasati, menyatakan, selain antar OPD, masyarakat juga harus dilibatkan. Pihak swasta hingga pendampingan dari universitas dianggap sangat perlu.
Ia mengungkapkan, intervensi penanganan secara sensitive maupun spesifik tidak bisa dilakukan sendiri. “Ada anggaran yang harus direfokusing untuk penanganan covid-19, untuk itu semua pihak harus terlibat agar lebih ringan,” ucap Pipin.
Ia tambahkan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan juga telah membuat program yang mendukung dalam upaya konvergensi stunting. Terdapat tiga aspek dalam membangun ketahanan pangan. Yaitu, ketersediaan, keterjangkauan, dan aspek kemanfaatan.
“Kami fokus disini, dan berkolaborasi dengan TP PKK melalui program pemanfaatan pekarangan rumah, dan Ibu Cerdas B2SH. Lalu juga bagaimana mendorong untuk pengaktifan kembali lumbung pangan di desa- desa,” urainya panjang lebar.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perikanan dan Peternakan, Imron Kholiq, mengatakan, penguatan di bidang produksi perikanan dan peternakan melalui penjaminan ketersediaan, pengolahan hasil serta konsumsi melalui penganekaragaman menjadi fokus penanganan di dinasnya.
Imron menambahkan, melalui program Gemarikan dan Gemarampai diharapkan sosialisasi untuk makan makanan beragam dengan nilai protein tinggi dapat diterima oleh masyarakat.
“Stunting tidak lepas dari masalah gizi yang tidak tercukupi, untuk itu sama dengan program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, kami melakukan penguatan pada sektor tersebut,” terang Imron.
Adapun Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tuban, Lulut Purwanto, mengungkapkan, semua harus bergerak bersama untuk mengatasi stunting. Penekanan pada seribu hari kehidupan, dari janin hingga anak berusia 2 tahun menjadi penting untuk dilakukan.
Meskipun menurut bulan timbang Februari tahun 2021 angka stunting Tuban mencapai 12,24 persen yang melebihi target RPJMN tahun 2024 yaitu kurang dari 14 persen, akan tetapi locus penanganan akan dilakukan di beberapa desa yang memiliki kasus stunting tinggi.
Caranya, penanganan dan pencegahan mulai saat remaja putri, sebab ada 23 hingga 26 persen remaja putri di Kabupaten Tuban mengalami anemia. Hal itu sangat beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah, dan bisa menjadi stunting.
Ia tambahkan, agar angka stunting terus turun dan tidak sampai 14 persen, maka program pencegahan dimulai dari Calon pengantin wanita. Saat ini ada 5 persen yang menderita anemia, dan 5,9 persen kekurangan gizi.
“Kita fokus pada pencegahan untuk remaja wanita dan juga dewasa yang belum menikah, juga para calon pengantin wanita agar memiliki bekal dalam memberi gizi yang cukup dan seimbang mulai di 1.000 hari pertama anak, yaitu dimulai dari masih janin,” terang Lulut.
Adapun Desa locus stunting untuk tahun 2021 dan 2022 yang dipilih berdasarkan 21 indikator didalamnya, yaitu Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan, Desa Penambangan, dan Bektiharjo Kecamatan Semanding, Sandingrowo, Sumur Cinde, Rahayu, dan Soko Sari Kecamatan Soko. Lalu Desa Sumurgung, Sugiharjo Kecamatan Tuban, serta Desa Banyubang Kecamatan Grabagan. (duc)