kotatuban.com – Peternakan ayam merupakan salah satu usaha yang banyak terdapat Tuban, termasuk warga Desa Cepokorejo, Kecamatan Palang.
Di desa ini dapat ditemukan banyak peternak ayam, terutama adalah jenis ayam potong. Usaha peternakan ayam ini menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah padat berupa kotoran ayam.
Kotoran ayam ini memiliki bau yang tidak sedap dan mengundang kedatangan lalat. Sehingga, hal itu mendatangkan persoalan tersendiri. Bahkan, beberapa peternakan ayam di desa ini dibangun tidak jauh dari pemukiman warga. Oleh karena itu, bau dan lalat akibat adanya kotoran ayam ini dikhawatirkan dapat mengganggu warga yang ada di sekitar kandang ayam.
Melihat hal tersebut, tim dosen Prodi Biologi FMIPA Unirow Tuban bersama mahasiswa Biologi tergerak melakukan program pengabdian kepada masyarakat untuk mengolah kotoran ayam tersebut menjadi pupuk kompos.
Dengan diolahnya limbah kotoran ayam menjadi pupuk, diharapkan tidak lagi menimbulkan bau dan mengundang lalat yang dapat mengganggu kesehatan warga. Pemilihan produk pupuk pada kegiatan ini juga dikarenakan masih adanya kandungan protein yang cukup tinggi pada kotoran ayam, sehingga dapat menjadi sumber nitrogen yang penting jika diolah menjadi pupuk kompos. Pengolahan kotoran ayam menjadi pupuk, selain dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan juga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi peternak ayam.
Pemanfaatan kotoran ayam sebagai pupuk pada dasarnya sudah dikenal oleh masyarakat. Hanya saja, selama ini kotoran ayam digunakan sebagai pupuk tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Hal itu dapat menimbulkan dampak negatif karena pada kotoran ayam banyak ditemukan mikroorganisme dari kelompok Pseudomonas sp. Keberadaan mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan beberapa tanaman mengalami busuk akar. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memdekomposisi kotoran ayam terlebih dahulu dengan penambahan biostarter sebelum menggunakannya sebagai pupuk.
Proses dekomposisi kotoran ayam menjadi pupuk dapat dilakukan dengan memanfaatkan EM4 dan MOL sebagai starter. Penambahan starter ini akan mempercepat proses pengomposan. Selain menggunakan starter, pembuatan kompos dari kotoran ayam juga membutuhkan bahan campuran seperti sekam padi. Limbah kotoran ayam dibiarkan beberapa saat untuk mengurangi kadar air. Selanjutnya kotoran ayam dicampur dengan sekam padi dan diaduk hingga homogen dan ditambahkan starter, ditutup rapat dan dibiarkan hingga terjadi penurunan suhu, perubahan warna, dan struktur fisik campuran kotoran ayam dan sekam padi.
Harapannya, kegiatan ini tidak berhenti hanya pada proses pembuatan pupuk dari kotoran ayam saja. Akan tetapi ada kelanjutan yang dapat dilakukan dengan uji coba aplikasi pupuk yang dihasilkan pada tanaman budidaya di Desa Cepokorejo. Dengan demikian, masyarakat terutama petani akan lebih yakin dengan kualitas dari pupuk yang dihasilkan dari kotoran ayam.. (duc)