oleh

Layang-layang Tuban Tembus Pasar Ekspor

kotatuban.com – Belum banyak orang yang tahu bahwa di Kabupaten Tuban ada pengrajin layang-layang dengan kualitas berskala internasional. Bahkan, produk layang-layang produk asli anak Bumi Wali ini mampu menembus pasar luar negeri atau ekspor.

Pengrajin mainan tersebut bernama Kartana warga Dusun Ketapang, Desa Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo, Tuban. Berkat keahlian tangannya, layang-layang yang dihasilkan mampu menembus pasar mancanegara.

Usaha Kecil Menengah (UKM) pembuat layang-layang binaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban tersebut pernah mengirim layang-layang hingga ke Prancis, Malaysia, Cina, dan kebeberapa negara lainnya.

‘’Layang-layang buatan saya dikenal oleh orang luar negeri karena saya juga sering mengikuti berbagai iven layang-layang baik digelar di Indonesia maupun luar negeri. Dan dalam keikut sertaan itu saya sering menjadi juara,’’ ungkap pria kelahiran 12 Agustus 1981 tersebut.

Menurutnya, layang-layang yang ekspor seperti layang-layang berbentuk naga, bentuk tokoh pewayangan kayak Semar, Gatot Kaca, Puno Kawan, dan berbagai bentuk lainnya dengan ukuran layang-layang minimal sepanjang 3 meter.

‘’Kalau yang saya jual keluar ke mancanegara biasanya berdasarkan pesanan, orangnya minta bentuk apa kita layani,’’ ujar pria yang berhasil memperoleh juara pertama pada Festival Layang-layang Sedunia di Johor, Malaysia pada Maret 2018 lalu.

Lebih lanjut, pria yang hanya lulus jenjang SMP tersebut mengatakan, ada beberapa jenis layang-layang yang dia buat diantaranya jenis 2 D (Dimensi), 3 D, dan jenis train. Selain itu, juga membuat layang-layang jenis delta untuk dijual dipasaran lokal.

‘’Untuk layang-layang yang jenis delta ini saya jual di pasaran lokal saja, yang paling jauh sampai Rembang, Jawa Tengah. Dan membuatnya setiap hari walaupun tidak ada pesanan,’’ katanya.

Setiap hari bapak dua anak tersebut membuat layang-layang jenis delta dibantu oleh isteri dan beberapa pemuda desa setempat.Setiap hari rata-rata dapat membuat 50 unit layang-layang delta.

‘’Kalau dulu mentok sehari hanya bisa membuat 20 unit layangan delta. Namun, setelah dibantu mesin jahit dan alat sablon oleh Semen Indonesia melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Semen Gresik (P2M-SG) saya dapat membuat 50 unit layang-layang perharinya,’’ beber pria yang telah mulai merintis usaha tahun 2015 lalu.

Senior Manager of Publik Relation & CSR Semen Indonesia, Setiawan Prasetyo mengatakan, Semen Indonesia berkomitmen untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.

‘’Semen Indonesia berkomitmen untuk maju, tumbuh, dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat,’’ pungkasnya. (rto)