kotatuban.com – Muhammad Taufiq Ibrahim (26) lebih memilih membuat kaki palsu dibanding mengukir kariernya sebagai pegawai perkantoran. Lelaki lulusan Politeknis Kesehatan (Politekes) mengembangkan usaha kaki palsu di Jalan Sunan Kudus, Gang 2, Kelurahan Latsari, Kecamata Tuban, Kabupaten Tuban.
Ibrahim adalah seoran pemuda yang sejak 2013 lalu memutuskan untuk menjadi pembuat kaki palsu bagi warga yang kehilangan kaki atau cacat lahir tanpa kaki. Usaha itu dimulai setelah dirinya memutuskan berhenti sebagai pegawai di salah satu instansi pemerintah di Jawa Timur.
Lulusan Politeknis Kesehatan (Poltekes) Negeri Surakarta itu bahkan meninggalkan posisinya saat akan diangkat menjadi PNS. Bagi dia hidup mandiri dan memiliki usaha adalah pilihan terbaik.
“Saya memulai membuat kaki palsu sekitar 3 tahun lau, saya tidak terlalu suka menjadi pegawai pemerintah, makanya saya putuskan untuk mandri,” katanya saat disambangi di bengkel sekaligus tepat tinggal Ibrahm, Kamis (04/08).
Keahlian membuat kaki palsu tidak didapatkan Ibrahim secara otodidak. Di kampus Politeknik Kesehatan Surakarta, dia mengambil jurunan Ortotik Prostetik, yakni bidang pendidikan tentang alat bantu penyangga tubuh dan pengganti alat tubuh. Dari pendidikan yang dia tempuh tersebut dia kemudian membuat usaha kaki palsu.
Tidak hanya mengejar keuntungan komersial, Ibrahim tidak jarang memberikan kaki palsu itu cuma-cuma atau gratis bagi warga yang kurang mampu,. Karena baginya berguna bagi oranglain lebih penting dari sekedar mengejar keuntungan usaha.
“Ya berwirausaha, tapi tetap membantu Mas, kalau memang orang tidak punya kita buatkan cuma-cuma,” katanya.
Dalam satu bulan, Ibrahim yang dibantu dua orang rekannya, bisa mengerjakan pesanan kaki palsu antara tiga hingga enam unit, sementara untuk alat bantu lain berupa sepatu mencapai 10 unit.
Untuk harga kaki palsu, Ibrahim biasanya membandrol mulai harga 3 juta rupiah hingga 10 juta rupiah untuk kaki palsu dibawah lutut. Sementara untuk satu kaki palsu di atas lutut seharga 4,5 juta rupiah hingga 16 juta rupiah per unitnya. Dari usahanya itu, dalam satu bulan, rata-rata pendapatan bersih Ibrahim sekitar Rp15 juta.
Pesanan Ibrahim, selain orang umum, biasanya juga datang dari rumah sakit dan dinas sosial. Rumah sakit yang biasa memesan kaki palsu karyanya diantaranya adalah rumah Sakit di Bojonegoro, Probolinggo dan Pasuruan.
“Sejak 2014, pesanan dari rumah sakit dan dinas sosial yang banyak,” ungkapnya.
Sementara itu Ahmad Munif, warga Kutorejo, Tuban, yang kebetulan juga menggunakan kaki palsu buatan Ibrahim mengaku, sangat terbantu setelah menggunakan kaki palsu, apalagi sejak kecelakaan lalulintas yag menyebabkan kakinya harus damputasi, pria 46 tahun itu tidak dapat beraktfitas seperti orang normal.
“Mau aktifitas bagaimana, kakinya sakit, ini sekrang pakai kaki palsu jadi lebih terbantu, jalan juga sudah bisa lebih baik tanpa togkat,” terangnya. (kim)