kotatuban.com – Status Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban yang dinonaktifkan oleh Kementrian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) tidak hanya membuat mahasiswa resah. Namun, kondisi tersebut juga membuat para orang tua mahasiswa juga kecewa.
Kekecewaan orang tua mahasiswa tersebut digambarkan oleh aksi teatrikal mahasiswa. Aksi teatrikal sendiri dilakukan dengan membuat makam buatan yang terbuat dari kain putih, dan diberi nisan UNIROW. Tampak beberapa mahasiswa melakukan aksi tabur bunga sembari menangis.
”Kampus kita ini telah mati,” teriak mahasiswa sembari melakukan aksi teatrikal.
Tak berapa lama teatrikal itu dilanjutkan dengan munculnya seorang aktor (mahasiswa) mengenakan pakaian khas petani. Dengan cangkul ditangan, aktor ini menunduk dan menangisi batu nisan bertuliskan UNIROW.
Aksi tersebut mengambarkan kalau tidak hanya mahasiswa saja yang dirugikan dengan non aktifnya kampus ini. Tetapi, juga pukulan berat bagi orang-orang tua mereka, yang menurut mereka harus bersusah payah supaya mereka bisa mendapatkan pendidikan dengan layak.
”Kita ingin kampus ini aktif kembali. Kita tidak ingin mengecewakan orang tua kita yang sudah susah payah mencari uang untuk kita kuliah. Dan ternyata kampus kita penuh dengan masalah,” kata Rizal, salah satu mahasiswa.
Diberitakan sebelumnya, ratusan mahasiswa Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) kembali melakukan aksi demonstrasi terkait status kampus yang nonaktif, Kamis (06/08). Ratusan mahasiswa tersebut menuntut pihak rektorat segera melakukan langkah-langkah untuk mengembalikan status Unirow aktif kembali.
Pantauan kotatuban.com dilapangan ratusan mahasiswa yang melakukan aksi demostarsi tersebut keliling kampus untuk mengajak mahasiswa lain untuk bergabung dalam aksi tersebut. ”Mari kawan-kawan kita bersatu padu untuk menuntut hak-hak kita. Dan kita menyuarakan suara kita untuk kebaikan kampus kita ini,” teriak, Nibrosu Rohid salah satu mahasiswa yang ikut dalam aksi tersebut.
Selanjutnya, ratusan mahasiswa tersebut menuju depan gedung rektorat dan melakukan orasi secara secara bergantian. Selain itu, para mahasiswa tersebut juga membawa berbagai poster dengan berbagai tulisan. Antara lain “Save Unirow” “Pak Rektor Dapat Salam Dari Malaikat Izoil” “Penyelesaian Unirow Harga Mati” dan berbagai tulisan lainnya. (duc)