oleh

Menang Telak 58 Persen Suara, Khofifah – Emil Kembali Pimpin Jatim 2024-2030

Pasangan petahana Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak kembali merebut kepercayaan rakyat Jawa Timur setelah memenangkan Pilgub Jatim 2024. Dengan perolehan suara mayoritas, mereka siap melanjutkan kepemimpinan untuk periode kedua hingga 2030.

kotatuban.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur mengumumkan hasil rekapitulasi suara dalam rapat pleno resmi yang berlangsung Minggu (8/12) hingga Senin (9/12) malam di Hotel DoubleTree, Surabaya. Pasangan nomor urut 2 itu meraih 12.192.165 suara sah, setara dengan 58,81 persen dari total suara sah. Unggul jauh dari pasangan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar (Gus Hans) yang mendapatkan 6.743.095 suara (32,52 persen) dan pasangan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim yang memperoleh 1.797.332 suara (8,67 persen).

Ketua KPU Jawa Timur, Aang Kunaifi, menegaskan proses rekapitulasi berjalan lancar dan transparan. “Kami memastikan seluruh tahapan pemilu berjalan sesuai mekanisme serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil ini adalah cerminan nyata aspirasi rakyat Jawa Timur,” ujarnya.

Sementara itu, dari total daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 31.280.418 orang, tingkat partisipasi pemilih mencapai 70,13 persen, dengan total suara sah sebanyak 20.732.592. Meski demikian, angka golput masih cukup signifikan, yakni 29,87 persen atau setara dengan 9,34 juta pemilih. Fenomena ini menjadi catatan penting bagi seluruh pihak, mengingat angka golput yang masih tinggi menunjukkan perlunya strategi baru untuk meningkatkan partisipasi pemilih di masa mendatang.

Dominasi di Wilayah Pedesaan

Khofifah-Emil menunjukkan dominasi mutlak di 36 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Basis kekuatan mereka terletak di wilayah pedesaan dan kantong-kantong Nahdlatul Ulama (NU), seperti Wilayah Tapal Kuda, Malang Raya, Pantura raya (Tuban, Lamongan, Gresik) dan Madura. Di kawasan-kawasan tersebut, dukungan untuk pasangan petahana melonjak berkat program-program pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, dan pendekatan langsung kepada warga melalui berbagai kegiatan sosial.

Meski demikian, pasangan petahana tidak mampu mengungguli Tri Rismaharini-Gus Hans di dua wilayah perkotaan, yakni Kota Surabaya dan Kota Mojokerto. Di Surabaya, pasangan Risma-Gus Hans meraih 882.414 suara, jauh mengungguli Khofifah-Emil dengan 308.293 suara. Di Mojokerto, selisih suara lebih tipis, yakni 37.072 untuk Risma-Gus Hans dibandingkan 35.646 untuk Khofifah-Emil.

Kekalahan di dua wilayah ini dianggap wajar, mengingat Tri Rismaharini dikenal memiliki basis massa kuat di Surabaya sebagai mantan wali kota selama dua periode. Kota Mojokerto, sebagai wilayah penyangga, turut menjadi salah satu daerah dengan pengaruh perkotaan yang signifikan.

Dukungan Nahdlatul Ulama dan Strategi Pemenangan

Keberhasilan pasangan Khofifah-Emil tidak terlepas dari dukungan kuat kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang tersebar di wilayah strategis. Sebagai Ketua Umum Muslimat NU beberapa periode, Khofifah mampu merangkul suara dari kalangan perempuan dan komunitas pesantren. Di sisi lain, Emil Dardak, dengan pengalamannya sebagai akademisi dan tokoh muda, berhasil menarik simpati generasi milenial yang berperan signifikan dalam Pilkada kali ini.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan kepercayaan masyarakat. Amanah ini adalah tanggung jawab besar yang akan kami jalankan sebaik mungkin,” ujar Khofifah dalam pidato kemenangannya.

Tantangan di Periode Kedua

Meski berhasil meraih mandat besar, tantangan bagi pasangan Khofifah-Emil di periode kedua tidaklah ringan. Harapan masyarakat terhadap kelanjutan program-program unggulan, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan, dan pemerataan pembangunan, semakin tinggi. Selain itu, isu-isu strategis seperti pengangguran, ketimpangan sosial, dan urbanisasi membutuhkan solusi konkret dan berkelanjutan.

Pengamat politik Universitas Airlangga, Dr. Agus Suryanto, menyatakan bahwa pasangan ini harus mampu memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi tantangan yang ada. “Kemenangan ini adalah momentum untuk membawa Jawa Timur ke tingkat lebih tinggi. Jika Khofifah-Emil mampu menjaga konsistensi dan inovasi, mereka akan mencatatkan sejarah sebagai pemimpin yang membawa perubahan besar,” ungkapnya.

Keberhasilan periode pertama menjadi landasan kuat untuk melanjutkan pembangunan Jawa Timur. Beberapa program prioritas yang menjadi perhatian utama pasangan ini meliputi pembangunan infrastruktur pedesaan, penguatan pendidikan vokasi, serta pengembangan ekonomi berbasis digital.

“Kami yakin bahwa dengan kerja keras dan doa bersama, Jawa Timur bisa menjadi provinsi yang lebih maju dan sejahtera,” tutur Emil dardak.

Dengan kemenangan ini, Khofifah-Emil bersiap melanjutkan kiprah mereka, tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai simbol keberhasilan demokrasi di Jawa Timur. Dominasi suara di Pilgub Jatim 2024 menegaskan bahwa pasangan ini masih menjadi pilihan utama masyarakat untuk membawa provinsi ini menuju masa depan yang lebih baik. (co)