oleh

Musim Panen Harga Gabah Jauh dari HPP,

Meski harga gabah anjlok, petani tetap memanen tanaman padinya
Meski harga gabah anjlok, petani tetap memanen tanaman padinya

kotatuban.com – Petani padi di Kabupaten Tuban, keluhkan rendahnya harga padi di musim panen tahun ini, apalagi harga gabah kering panen (GKP) saat ini berada jauh dibawah Harga Pembelian Pemernitan (HPP) berdasarkan Impres Nomor 5 Tahun 2015 yakni Rp3.700.

“Kemarin mau dibeli tengkulak 2.500 rupiah per kilo,  itu terlalu murah, makanya ini tdak dijual dulu. Gabah akan kita keringkan, siapa tahu bisa lebih baik harganya,” ujar Sakidin (55), petani padi warga Desa, Sumberejo, Kecamatan Merakurak yang ditemui kotatuban.com di area persawahanya, Kamis (03/03).

Sakidin mengaku, harga gabah terus menurun, meski sempat berada pada kisaran harga Rp3.300 per kilo ditingkat petani. Saat ini paling mahal hanya Rp3.000 per kilonya.

Para petani berharap, pemerintah memiliki langkah stratgis dengan mengendalikan harga gabah, baik yang baru panen (kering panen) paupun Gabah Kerng Giling (GKG) agar petani dapat menikmati hasil tanamnya.

“Petani itu tdak muluk-muluk, bisa lebih sedikit dari modal saja sudah senang, harapanya ada semacam pengendalian harga biar tidak merosot terus,” harap Sakidin.

Menanggapi keluhan para petani padi, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata (Disperpar) Kabupaten Tuban, Farid Achmadi saat dikonfirmasi mengatakan, anjloknya gabah saat musim panen menang tidak dapat dihindari, apalagi beberapa waktu terakhir lahan persawahan khususnya daerah rawan banjir juga terdampak, membuat kualitas gabah menurun.

“Seperti hukum pasar, jika stok melimpah maka harga akan turun, ini berlaku juga saat usim panen padi ataupun produk pertanian lainya,” terang Farid.

Menurut Farid, sebenarnya pemerintah telah berusaha memecahkan persoalan anjloknya harga produk pertanian dimusim panen dengan pemanfaatan Resi Gudang. Sayangnya meski pemerintah gencar melakukan sosialisasi, program tersebut tidak disambut baik oleh para petani. Hanya sebagian kecil petani atau kelompok yang menitipkan hasil pertanianya ke Resi Gudang.

“Kita ada program Resi Gudang yang dapat dimanfaatkan, minimal untuk menunggu sampai harga gabah membaik, namun sejauh ini hanya efektif 20 persen dari kapasitas yang ada, yakni, 25.000 ton.” jelas Farid.

Menurut Farid, jika petani memang membutuhkan dana untuk melaksanakan masa panen berikutnya, Resi Gudang akan memberikan pinjaman modal atau kredit lunak senilai 70 persen dari nilai hasil pertanian yang dititipkan. Dengan begitu petani dapat melaksanakan masa tanam berikutnya setelah panen.

“Resi gudang akan memberikan kredit luak maksimal 70 persen dengan bunga 0,1 persen. Selain itu kami juga ada kendaraaan yang siap digunakan jika kelompok atau petani ingin membawa padinya ke Resi Gudang,” pungkas Farid. (kim)