kotatuban.com-Meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan yang berujung pada pelecehans eksual banyak disebabkan prilaku pacaran yang bebas. Gaya berpacaran yang kebablasan tidak jarang menjadikan perempuan sebagai obyek dan berahir pada jatuhnya korban pelecehan.
“Banyak kasus kekerasan yang berujung pada pelecehan seksual dan perempuan yang menjadi korbannya disebabkan gaya pacara yang bebas,” tegas Ketua Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR), Nunuk Fauziah, Senin (20/1).
Saat mendampingi korban pelecehan seksual, KPR banyak menemukan kasus yang setiap tahun sejak 2005 lalu terus meningkat itu disebabkan ketakutan pacar (laki) kehilangan kekasihnya. “Karena takut pacarnya (perempuan) diambil lelaki lain dengan berbagai sebab, akhirnya si lelaki memaksa perempuannya untuk melakukan sek,” tambah Nunuk.
Tahun ini, lanjut Nunuk, terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak mencapai 122 kasus. Banyaknya kekerasan terhadap perempuan.
“Saat kami tanya, jawab mereka supaya kekasihnya tidak jatuh ke pelukan wanita lain,” ungkap Nunuk Fauziah.
Dari sejumlah kasus itu 35 kasus ditangani KPR. Kasus yang ditangani KPR tidak sebatas pada kasus pelecehan seksual saja, tapi, juga termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
Diakui, jumlah tersebut meningkat jauh lebih besar ketimbang satu, atau dua tahun sebelumnya. Berdasar data di KPR, trend peningkatan kasus kekerasan di Tuban sudah terjadi sejak tahun 2005 hingga saat ini. Sajak saat itu terdapat peningkatan kasus kekerasan perempuan dan anak naik lebih dari 100 persen. Pada 2004 ada 32 kasus kekerasan, jumlah ini meningkat menjadi 81 kasus pada 2005.
Tahun berikutnya tahun 2006 masih sama 81 kasus, tahun 2007 92 kasus, tahun 2008 93 kasus, tahun 2009 94 kasus, tahun 2010, 110 kasus, tanun 2011, 111 kasus selanjutnya tahun 2012 sebanyak 121 kasus.
“Jika diambil rata-rata ada 200 kasus pertahun, jumlah ini hanya kasus yang kami tangani saja, namun riilnya pasti jauh lebih besar. Karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, terutama yang terjadi di lingkup rumah tangga,” ungkapnya.
Menurutnya, penyebab peningkatan tersebut salah satunya adalah perkembangan teknologi informasi, tanpa diikuti pengawasan yang baik dari orang tua maupun keluarga dekat lainya. Sehingga anak-anak atau remaja putri kerap tidak bisa mengontrol saat berpacaran. Tanpa sadar mereka telah menjadi korban dan berujung pada penyesalan. (kim)