oleh

Pasar Semen Menurun Holcim Rugi Rp 123 M Semester I 2015

Menteri Perindustrian, Saleh Husin SE, M.Si meresmikan pabrik Holcim Tuban Plant bersama dengan jajaran Komisaris dan Direksi PT Holcim Indonesia Tbk beberapa waktu lalu
Menteri Perindustrian, Saleh Husin SE, M.Si meresmikan pabrik Holcim Tuban Plant bersama dengan jajaran Komisaris dan Direksi PT Holcim Indonesia Tbk beberapa waktu lalu

kotatuban.com Pasar semen secara nasional pada semester pertama 2015 terus mengalami penurunan 5 persen menjadi 28,7 ton. Sementara, proyek-proyek pemerintah pada beragam sektor seperti infrastruktur,masih belum juga terealisasi. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga semen BUMN sebesar Rp 3,000 per sak untuk merangsang peningkatan kebutuhan pasar juga tidak efektif, bahkan memberikan dampak penurunan terhadap keuntungan perusahaan-perusahaan semen. Selaijn itu kenaikkan tarif dasar listrik dan bahan bakar berdampak pada biaya produksi dan distribusi.

Meski secara nasional ekonomi melemah, Holcim Indonesia hingga akhir semester satu mampu mempertahankan pangsa pasar sebesar 13.9%. Namun, total volume penjualan mengalami penurunan 4.9%. Akibatnya, perusahaan juga mengalami penurunan pendapatan sebesar 1.4% menjadi Rp 4.86 triliun pada semester pertama dibanding pada tahun lalu. “Selain penurunan pendapatan, kenaikan biaya masih menjadi tantangan sektor industri semen,” terang Gary Schutz, Presiden Direktur/CEO Holcim dalam pres rilisnya.

Dikatakan, Holcim Indonesia mencatat biaya tarif dasar listrik meningkat 22%, sementara biaya distribusi meningkat 17% karena naiknya harga bahan bakar sebesar 25%, serta biaya pergudangan yang juga mengalami kenaikan. Salah satu faktor biaya yang mempengaruhi yaitu terkait inisiatif perusahaan untuk melakukan restrukturisasi dan efesiensi organisasi dalam rangka meningkatkan produktifitas dan efisiensi operasionaldi masa yang akan datang. Faktor ini tercermin dalam biaya tenaga kerja yang meningkat sebesar 32%.

“Dengan demikian, laba kotor perusahaan tergerus 26% pada angka Rp1.061milyar. Biaya operasional meningkat 26% menjadi Rp 949milyar, dan biaya-biaya keuangan meningkat lima kali lipat menjadi Rp 269 milyar karena terus melemahnya nilai tukar rupiah dan naiknya suku bunga pinjaman perusahaan,” tambahnya.

Semua faktor kenaikan biaya, pasar yang lesu, dan dampak biaya atas inisiatif restrukturisasi organisasi tersebut, menyebabkan perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 123 milyar pada semester pertama tahun ini.(yit)