oleh

Pembangunan Drainase di Basra Terlambat 20 Persen

kotatuban.com – Pembangunan drainase di Jl Basuki Rahmad (basra) yang menggunakan sistim ekodrainase atau drainase ramah lingkungan terlambat 20 persen dari target yang ditentukan. Dengan sistim ini diharapkan tidak ada lagi jalan tergenang saat musim hujan.

“Kami berharap pengerjaan proyek ini dikebut, karena sudah terlambat 20persen dari target yang kita sepakati. Tenaga harus ditambah dan siang malam dikejakan, agar tidak terlambat lagi,” terang Waup Noor Nahar Hussein, saat inspeksi mendadak di lokasi proyek, Senin (0/11)

Bahkan pejabat yang juga Ketua DPC PKB Tuban itu tak segan-segan masuk ke dalam gorong-gorong untuk mlihat secara langsung pembangunan proyek yang menghabiskan anggaran Rp 2,2 miliar itu.

Wabup Tuban dua periode ini, menjelaskan, proyek Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) ini mengalami keterlambatan 20%. Alasan yang diterimanya, karena akhir tahun merupakan musim proyek. Konskuensinya sulit memperoleh tenaga tukang.

Mulai besok Wabup Tuban meminta ditambah tenaga kerjanya. Minimal Desember harus rampung, supaya keluhan banjir di dalam kota selesai. Kalau memang harus lembur malah bagus, dengan catatan orang baru supaya hasil kerjanya bagus.

Setelah proyek ini kelar, Wabup Noor Nahar Hussein, juga menekankan pada pentingnya pengawasan fungsi trotoar. Harus bebas orang jualan, supaya kebersihannya terjaga. Tak kalah pentingnya, juga memberi penyadaran kepada orang jualan supaya menghormati pengguna trotoar.

Di tahun 2018, Dinas PRKP menerapkan konsep eko-drainase di Jalan Pramuka, dan Basuki Rahmat. Pilot project sebanyak 31 sumur resapan ini, difokuskan pada titik genangan air saat musim hujan tiba.

Kepala Dinas PRKP Tuban, Darmaji, menjelaskan, pihaknya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Drainase (saluran air) yang dimiliki Pemkab Tuban, sudah tidak cukup lagi menampung air dari permukaan. Diterapkannya ekodrainase atau drainase ramah lingkungan ini, diharapkan tidak ada lagi jalan tergenang saat musim hujan.

Kabid Air Minum dan Sanitasi Dinas PRKP Tuban, Juli Wibowo, ST, MT, menambahkan, sementara konsep sumur resapan diterapkan di drainase sepanjang Jalan Pramuka Tuban. Disusul proyek di Jalan Basra.

“Kita berpikir setiap kali hujan, airnya tidak langsung dibuang ke sungai,” ungkap Juli Wibowo.

Pria asal Kudus, Jawa Tengah ini, menjelaskan drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya.

Dalam drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Kendati demikian, diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. (Ims)