kotatuban.com – Pembangunan pabrik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Rembang terus berjalan. Progres pembangunan hingga saat ini sudah mencapai 10,2 persen. Pabrik dengan kapsitas 3 juta ton dan ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2016 tersebut saat ini sudah pada tahap pemerataan tanah lahan dan pembangunan pondasi.
Pabrik dengan nilai investasi Rp 4,3 Triliun berdiri ditanah seluas 54 hektar. Saat ini secara keseluruhan perusahaan telah berhasil membebaskan lahan untuk tambang kapur seluas 200 hektar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Proyek Pabrik Rembang Heru Indra, Senin (01/12).
Menurutnya, pembangunan pabrik Rembang menggunakan desain ramah lingkungan dan minim konsumsi energi maupun air, serta memperbanyak ruang terbuka hijau. Sedangkan, proses penambangan dipastikan tidak akan mengganggu kondisi lingkungan. ”Apalagi sampai mempengaruhi atau menurunkan daya dukung kehidupan masyarakat Rembang, khususnya yang berada di sekitar lokasi pabrik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Heru mengatakan, pabrik juga didesain dengan teknologi canggih dan sangat ramah lingkungan. Contohnya, proses produksi semen telah menggunakan teknologi Filter Main Bag House, sebagai pengganti Electrostatic Precipitator (ESP). Teknologi tersebut mampu menekan emisi debu sangat rendah, dibawah 30 mg/Nm3. Sementara, teknologi ESP hanya mampu menekan emisi debu sampai 50 mg/Nm3.
”Kondisi ini yang membuat pencemaran udara akibat debu dapat dikurangi serendah mungkin sehingga tidak akan berdampak kepada masyarakat apalgi jarak pabrik dengan permukiman warga terdekat juga cukup jauh, kurang lebih 4 kilometer,” ujar Heru.
Terkait masalah air bersih, Heru menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir. Sebab, Semen Indonesia berkomitmen menjaga mata air yang ada di sekitar pabrik dan lokasi penambangan bahan baku. Caranya dengan tidak melakukan kegiatan penambangan di sekitar mata air. Lantas, untuk menjaga debit air di sumur warga, Semen Indonesia akan menciptakan sumber air bersih baru dengan membuat bekas penambangan menjadi embung sebagai sumber air masyarakat.
”Dengan demikian pengaruh buruk terhadap lingkungan dapat diminimalkan,” pungkasnya. (duc)