kotatuban.com-Sejak masuk musim penghujan pada pertengahan Desember lalu merupakan masa paceklik bagi petani garam. Sehungga ratusan hektar ladang garam di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban tak digarap pemiliknya. Kurangnya cahaya matahari serta lahan garam yang kerap menerima air hujan berakibat pada kurangnya kandungan kristal garam yang terdapat pada air aut di ladang garam. Sehingga, kualitas garam jelek dan tidak laku dijual.
Pantauan kotatuban.com dilapangan, lahan garam yang berada di Desa Leran, Kecamatan Palang, nampak tidak ada aktifitas pengolahan garam tradisional. Lahan yang dihiasi sejumlah kincir angin nampak sepi tanpa aktifitas para petani maupun buruh pengolah air laut menjadi kristal garam itu.
Lasminto (55), petani garam warga Desa Pliwetan, Kecamatan Palang mengatakan, setiap satu hektar lahan garam mampu menghasilkan ratusan ton garam saat musim kemarau. Kini lahan yang dijadikan sumber rupiah saat kemarau itu dibiarkan nganggur karena tidak dikerjakan. Untuk sementara lahan hanya dibiarkan sambil menunggu musim kemarau datang kembali.
“Sementara ini nganggur mas, tidak menghasilkan garam, kalau musim hujan seperti ini memang air laut masih muda (kandungan kristal garam minim), makanya banyak yang nganggur ladangnya,” terang Lasmito.
Saat musim penghujan seperti ini, biasanya para petani garam yang memproduksi garam hanya mengandalkan garam di gudang yang masih sisa untuk dijual. Sementara sebagian lain mencari penghidupan dengan ikut melaut atau menjual hasil laut seperti ikan. (kim).