kotatuban.com – Keluarga korban hilang, Choirul Amin (28) tragedi terbakarnya kapal tangker MT Providen di pantai Tanjung Awar-awar, Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, pada Jumat (24/1) lalu menyayangkan sikap PT Pertamina. Pasalnya, hingga saat ini Pertamina sama sekali belum melakukan komunikasi apapun terhadap keluarga korban.
”Diamnya Pertamina ini menandakan tidak adanya iktikad baik terhadap keluarga. Seharusnya, Pertamina melakukan komunikasi terhadap keluarga korban, untuk melakukan pencarian terhadap korban,” ujar Wandoyo, salah satu keluarga korban saat dikonfirmasi kotatuban.com, Senin (27/1).
Diketahui, Choirul Amin merupakan anak pertama pasangan Martono (45) dan Rukayah (40), warga Dusun Bororejo, Desa Kapu, Kecamatan Merakurak. Korban merupakan mooring gang atau pemasang pipa dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) ke kapal tangker pengangkut minyak. Dia berangkat kerja pada Jumat (24/1) sekitar pukul 04.00 WIB bersama dengan kelima orang temannya. ”Saya ingin segera anak saya ketemu, bagaimana pun keadaannya,” ujar Martono pasrah.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, Joko Ludiono juga merasa kesulitan koordinasi dengan pihak Pertamina terkait penanganan dan pencarian korban hilang atas terbakarnya kapal tangker milik PT Pertamina, MT Providen. ”Saya sampai mengajak keluarga korban mendatangi kantor Pertamina untuk menanyakan siapa yang tanggung jawab dengan kejadian tersebut,” tandasnya.
Lebih lanjut Joko mengatakan, setelah pihaknya melakukan koordinasi dengan CV rekanan dari PT Pertamina yang merekrut korban sebagai pekerja outsourching. Hasilnya CV tersebutlah yang akan bertanggung jawab atas hilangnya korban. ”Ya, CV yang merekrut korban sebagai penanggungjawab atas hilangnya Choirul Amin,” pungkasnya. (duc)