oleh

Petani Desa Dawung Tolak Pembangunan Pabrik Gas Milik Krisenergy

Kotatuban.com – Petani Desa Dawung, Kecamatan Palang dengan tegas menolak rencana proyek Onshore Receiving Facilities (ORF) milik Krisenergy Ltd di wilayah Kecamatan Palang. Mereka menilai pembangunan pabrik gas tersebut bakal mengancam mata pencarian warga sebagai petani. Penolakan tersebut disuarakan lebih dari 30 warga yang sehari-hari berprofesi petani dengan menggelar unjuk rasa di lahan pertanian yang terdampak proyek pada Minggu (7/7/2024).

 

Koordinator aksi, Sudirman menegaskan, seluruh petani di Desa Dawung menolak keras pembangunan ORF. Pasalnya, petani khawatir proyek itu justru akan merusak lingkungan. “Semua petani tetap dengan pendiriannya bahwa menolak pembangunan pabrik gas,” tegas Sudirman.

 

Selain itu, dikatakan Sudirman, pembangunan pabrik gas ini akan menggusur lahan pertanian produktif di dua desa, yakni Dawung dan Kradenan Kecamatan Palang. Ia menyebut bahwa hal itu akan membuat masa depan para petani terancam kelam. Sebab, petani akan kehilangan tempat untuk bertani menghidupi diri.

 

“Ini lahan satu-satunya yang kami miliki sebagai sumber penghidupan keluarga kami. Kalau kami dipaksa untuk menjual tanah kami, nanti setelah ini kami seperti apa. Kami orang desa, baisanya hanya bertani,” ungkapnya.

 

Menurut Sudirman, lahan produktif seluas 24 hektar di dua desa yang akan digusur itu mampu panen tiga kali. Ia mengungkapkan dalam satu tahun saja, petani bisa panen sekitar 750 ton gabah.

 

Dari situ, jika gabah dijual dengan harga Rp 5 ribu, akan ada perputaran uang sekitar Rp 4 miliar hingga 5 miliar di Desa Kradenan dan Dawung.

 

“Presiden Jokowi pernah mengatakan jika ada lahan produktif harus dimanfaatkan untuk stok pangan Indonesia. Tapi disini kok malah mau digusur,” terang pria berusia 43 tahun ini.

 

Lebih lanjut, Sudirman menunding sosialisasi proyek pabrik gas itu tidak transparan. Lebih dari itu, ada upaya untuk memecah belah-belah masyarakat yang terdampak.

 

“Apa yang dilakukan pihak Krisenergy ini mengecewakan bagi kami. Waktu itu pihak Krisenergy menyampaikan baru mau masuk dan ada undangan di balai Desa Kradenan kita tunggu sampai delapan bulan. Tapi ketika masuk lagi tiba-tiba mereka sudah membawa peralatan dan pegawai masuk ke lahan warga,” tandasnya.

 

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Krisenergy Ltd terkait aksi penolakan pembangunan pabrik gas oleh warga Desa Dawung. (duc)