oleh

Produksi Ikan Tinggi Nelayan Tuban Tetap Miskin

image
Nelayan Tuban tengah parkir perahunya

kotatuban.com-Industri perikanan tangkap di Kabupaten Tuban dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Kebijakan Kementrian Kelautan dan Perikanan, tentang Ilegal Fishing dan penggunaan alat tangkap berdampak bagi produksi perikanan tangkap di Tuban.

Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tuban menyebut, peningkatan hasil perikanan tangkap hingga 200 ton pertahun. Rincinya pada tahun 2013, produksi perikanan tangkap mencapai 11.570,95 ton, tahun 2014 meningkat menjadi 11.788,59 ton, dan pada tahun 2015 mencapai 12.012,70 ton.

“Memang tidak terlalu banyak, namun itu dapat menjadi indikator jika produksi perikanan tangkap terus membaik,” ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Media (Humas Media) Pemerintah Kabupaten Tuban Teguh Setyobudi, Sabtu, (02/04).

Teguh menjelaskan, peningkatan produksi juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah, baik melalui berbagai program bantuan kepada para nelayan maupun kebijakan lainnya seperti kebijakan illegal fishing, maupun peraturan menteri berkaitan dengan peralatan tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan nelayan mencari ikan.

“Ini semua tidak lepas dari kebijakan pemerintah, dan program yang dijalankan selam ini. Semoga dapat terus meningkatkan produksi perikanan tangkap di Kabupaaten Tuban.” jelas Teguh.

Di sisi lain, terus meningkatnya hasil produksi perikanan tangkap di Kabupten Tuban, rupanya berbanding terbalik dengan nasib nelayan tradisional di daerah ini. Banyak nelayan yang masih miskin, peghasilan dari melaut hanya cukup untuk menghidupi mereka dari hari ke hari.

“Nelayan kecil mau sejahtera darimana mas, hasil melaut habis untuk kebutuhan sehari-hari,”  ujar seorang nelayan tradisional, waraga Kelurahan Karangsari, Tuban, Amat.

Menurut Amat, penghasilan dari mencari ikan selama sehari, yang biasanya dimulai pagi dini hari hingga siang hari, palig banyak menghasilkan 200 kilogram. Hasil tersebut jika dijual rata-rata mendapatkan Rp250.000 hingga Rp300.000. Jika dikurangi dengan biaya melaut seperti membeli solar dan perbekalan makan, paling hanya menyisaka Rp100.000 hingga Rp150.000 sekali melaut.

“Itu saja tidak mesti Mas, kadang melaut juga cuma dapat 100 kilogram, kalau sudah begitu habis hanya untuk beli solar. Padahal berangkat melaut kadang bersama tiga orang, setelah dikurangi biaya solar dan perlengkapan lainnya, kadang cuman dapat Rp30 ribu satu orang,”  keluh nelayan yang itu.

Amat dan nelayan lainnya berharap, pemerintah memiliki kebijakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Tata niaga ikan swgera dipwrbaiki. Selama ini harga ikan yang mahal hanya terjadi di tingkat konsumen, sementara dari nelayan ke tengkulak atau pedagang masih sangat rendah.

“Kalau bisa harga ikan itu juga diurusi, soalnya di berita-berita itu kok sering ikan harganya mahal, padahal belinya dari lelayan murah,” haranya. (kim)