kotatuban.com – Setelah beberapa bulan yang lalu pupuk bersubsidi mengalami kelangkaan. Kini kelangkaan pupuk kembali terjadi. Kelangkaan pupuk bersubsidi terjadi dibeberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tuban, diantaranya Kecamatan Merakurak, Montong, dan Kecamatan Jenu.
Akibatnya, sejumlah petani di tiga kecamatan tersebut kelimpungan. Sebab, kios yang menjual pupuk bersubsidi sudah tak lagi memiliki persediaan.
”Kalau pun ada, harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET),” kata Sumain salah satu petani asal Dusun Bonagung, Desa Jetak, Kecamatan Montong kepada kotatuban.com, Rabu (2/4).
Menurutnya, untuk pupuk jenis urea saat ini harganya dipasaran mencapai Rp 160 ribu, bahkan lebih. Padahal, sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah, harganya hanya Rp 90 ribu. Sementara itu, pupuk jenis Phonska harganya cenderung lebih stabil yakni, Rp 115-120 ribu per sak dengan isi 50 kilogram (kg).
”Padahal, petani banyak yang hanya menggunakan pupuk jenis urea saja,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Lutfi, salah satu petani asal Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, sejak memasuki musim tanam kedua, baik pupuk jenis urea maupun phonska menghilang di pasaran. Akibatnya, sejumlah petani tidak bisa maksimal dalam memupuk tanaman
padinya. Sehingga, hal tersebut berdampak pada tanaman yang kurang bagus.
”Ini saja, saya belum bisa memupuk karena cari di toko – toko katanya pupuknya habis semua,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban, Farid Ahmadi saat dikonfirmasi membantah terkait adanya kelangkaan pupuk. Sebaliknya, jumlah pupuk di Tuban sudah sesuai dengan dengan Rencana Difinitif Kebutuhan Kelompok (RKDK) dalam setahun.
”Itu sebenarnya bukan mengalami kelangkaan. Melainkan pemakaian pupuk yang dilakukan oleh petani berlebihan pada bulan Januari dan Februari lalu. Sehingga, dampaknya stok pupuk untuk bulan Maret ikut tersedot bulan Januari dan Februari,” pungkasnya. (duc)