Kotatuban.com – Dihalaman samping rumah Sri Kayatin, warga Desa Dawung, Kecamatan Palang berjajar tempat penjemuran kerupuk yang berwarna coklat kehitaman. Kerupuk tersebut merupakan produksi dari Sri Kayatin Bersama dengan beberapa kaaryawannya.
Setidaknya sekitar tujuh tahun terakhir, Wanita berusia 50 tahun itu menggeluti usaha aneka kerupuk yang berbahan seafood seperti Cumi, Udang, ikan Hingga kepiting. Berkat ketekunan dan keuletanya, produk kerupuk milik Kayatin yang diberi nama D’Kayateen itu telah menembus pangsa pasar modern, dan sejumlah pusat oleh oleh di sejumlah kota di Jawa Timur, dan Jawa Barat.
“Paling laris rambak cumi dan rajungan, dan alhamdulillah, produk kami sudah dapat dijual di super market dan tempat wisata,” kata Kayatin.
Kayatin menjelaskan, membuat kerupuk rambak cumi berawal dari banyaknya, sisa olahan cumi yang berasal dari sejumlah rumah undustri pengiolahan cumi di sekitar rumahnya. Sisa produksi cumi yang tidak digunakan yakni bagian sirip dan kulit, biasanya akan dibawa pulang oleh pekerja untuk di masak.
“Para pekerja pabrik itu akhirnya saya minta untuk mengeringkan dan saya yang menjadi pengepulnya,” terang Kayatin.
Hasil mengepul cumi kering dari para pekerja industri olahan cumi, kemudian diolah oleh Kayatin menjadi kerupuk rambak cumi dengan bumbu rahasia yang hanya dimiliki dirinya. “Alhamdulillah warga Dawung dan Kradenan masuknya di saya dan bisa kami olah menjadi kerupuk,” lanjut Kayatin.
Dari usahanya itu, Kayatin mampu meraup omset 10 sampai 15 juta rupiah, jumlah tersebut menurun sejak pandemi, yang sebelumnya mampu menembus hingga 25 juta per bulan. Kemudian dari omset tersebut, Kayatin mampu memperoleh laba bersih sekitar tiga jutaan setelah ongkos produksi, gaji karyawan, maupun biaya operasional lainnya.
“Omset turun sejak pandemi, namun sekarang ini sudah berangsur membaik, dan permintaan mulai berdatangan lagi,” imbuh Wanita berjilbab itu.
Soal rasa, jangan diragukan, selain renyah dan gurih, kerupuk rambak kulit cumi memiliki karakter rasa yang cukup khas, karena tidak meninggalkan rasa cumi yang kental makanan laut, meskipun sudah diolah dengan bumbu dan perasa krupuk pada umumnya.
“Rasa cuminya masih kental, meskipun sudah diberikan perasa kerupuk, seperti bawang maupun rasa lainya,” ujar Adam seorang warga asal Jenu, penikmat krupuk rambak cumi. (duc)