kotatubancom – Ribuan hektar tanaman jagung yang baru berumur kurang dari 30 hari diserang ulat. Akiatnya, banyak tanaman jagung yang mati. Sebab, ulat tidak hanya makan daunnya tapi juga batangnya. Petani pun juga sudah berusaha mengganti tanaman jagung, namun, tetap saja ulat enyerangnya. Petani pun akkhirnya hanya bisa pasrah.
Bukan itu saja, tanaman jagung, utamanya di persil milik Perhutani yang selama ini digarap warga untuk pertanian juga diserang hama tikus.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mencatat ada 1.787,2 hektar tanaman jagung terserang yang menyebar di tuju kecamatan, Ulat yang menyerang jagung petani itu ditengarai ulat Grayak atau nama ilmiah Spodoptera.
Koordinator Pengamatan Hama Penyakit, Dinas Pertanian Kabupaten Tuban, Lilik Sujayanto menjelaskan, ulat Grayak menyerang jagung petani di Kecamatan Grabagan seluas 1.434 hektar, Semanding 54 hektar, Montong 132,2 hektar, Kerek 104 hektar, Jatirogo 26 hektar, Palang ada 6 hektar, serta di Kecamatan Bangilan seluas 31 hektar.
“Saat ini serangan ulat sudah meluas di hampir seluruh kecamatan, terutama yang ada tanaman jagungnya,” tutur Lilik, Kamis (16/01/2020)
Lilik menambahkan, ada dua jenis ulat Grayak yang menyerang tanaman jagung, masing-masing dengan nama ilmiah Spodeptera Frugiperda dan Spodotera Litura. Kedua ulat sangat berbahaya karena menyerangnya merata, mulai daun hingga ke batang.
Ditambahkan, wabah ulat Grayak ini berasal dari Amerika, kemudian menyebar ke India, Thailand dan masuk ke Indonesia pada awal 2019 melalui Pulau Sumatera.
Lalu merambah ke Pulau Madura, Jawa Tengah, dan menyebar di Kabupaten Tuban pada Mei 2019 lalu dan meluas hingga hampir seluruh Jawa Timur.
“Dampak dari serangan hama ulat grayak ini hanya sampai sekitar 30 hari. Paling berbahaya adalah pada saat ulat berusia 7 sampai 14 hari,” terangnya.
Adanya wabah ini, petani Tuban memperhatikan sebelum melakukan penyemprotan menggunakan racun atau pestisida, baiknya ditabur menggunakan abu dapur terlebih dahulu pada pupusnya.
Selain itu, bisa menyemprot tanaman jagung menggunakan air gula. Hal itu dilakukan untuk memancing semut agar memakan ulat tersebut.
“Jangan menyemprot tanaman jagung seperti saat menyemprot padi. Usahakan agar nozzle-nya miring, agar racun dapat masuk hingga ke dalam tongkol atau pupusnya,” pintanya.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban, Darmadin Noor menambahkan, adanya serangan ulat Grayak ini, tim penyuluh di setiap kecamatan membuat Gerakan Pengendalian (Gerdal). Mereka hampir setiap hari terjun ke lapangan melakukan pendampingan petani.
“Petani saat menyemprot bisa menggunakan insektisida yang menandungan bahan aktif Abamektin. Dosisnya, dalam satu tangki semprotan air diberikan satu tutup botol, atau sekitar 250cc obat digunakan untuk seperempat lahan,” tuturnya. (ims).