kotatuban.com-Mungkin belum banyak orang yang mengenal burung Pleci. Burung imut dengan warna dominan kuning di tubuhnya itu jika dibanding dengan burung Kenari, burungKacer dan lainya memang belum terlalu poluller. Namun, keberadaan burung Pleci kini semakin mudah dijumpai, tidak hanya di pasar burung tetapi juga di rumah-rumah sebagai hiasan atau untuk hewan aduan kicau.
Pada awalnya, burung kecl yang memiliki nama latin Zosterops Palpebrosus itu hanya dipandang sebagai burung hias karena keindahan bulunya, sementara kicauan burung ini tidak menjadi daya tarik karena dianggap tidak vareatif.
Namun seiring berjalanya waktu, burung ini semakin banyak penggemar setelah diketahui, kicauanya tidak kalah dengan burung popular lainya yang dapat menirukan suara burung lain dalam berkicau.
Salah satu pecinta burung Pleci, Agung Wicaksono (40), Warga Seleko, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Tuban. Pria yang akrap disapa Mas Agung itu kini telah mencoba peruntungan dengan menangkarkan burung mungil itu.
Selain karena hobi, dan permintaan burung yang semakin meningkat, dengan penangkaran, tentu akan mengurangi aktifitas penangkapan burung itu dihabitat aslinya (di alam).
“Saya baru mencoba memulai menangkarkan burung ini, karena peminatnya semakin hari semakin bagus,” kata Agung, Jumat (6/3).
Dia menjelaskan, perawatan burung Pleci tidak terlalu rumit. Untuk menghasilkan kualitas burung yang bagus dan siap diadu, pemilik hanya butuh ketelatenan dalam memelihara burung pemakan serangga dan buah-buahan itu.
“Setiap perkumpulan atau orang punya trik sendiri-sendiri dalam merawat burung. Kalau saya biasanya memandikan burung ini menjelang sore atau malam, karena burung ini cukup aktif. Dengan begitu burung ini akan tenang dan pagi harnya lebh segar,” terang Agung.
Untuk makanan lanjutnya, burung ini cukup diberikan voer (makanan konsentrat), kroto, dan buah untuk menambah kebutuhan karbohidrat dan vitamin serta mineral.
“Makanannya ya seperti burung pada umumnya. Jika perlu diberikan vitamin tambahan khusus burung,” katanya.
Pleci adalah burung soliter, atau burung koloni. Sebenarnya burung jenis ini kurang cocok untuk diadu karena cenderung bersahabat. Namun, dengan sentuhan khusus rupanya burung ini layak untuk diadu dan menjadi burung petarung yang cukup unik dikalangan burung kicau.
“Pleci adalah burung sosial yang berkelompok, makanya perlu penanganan khusus untuk menjadikan burung ini sebagai burung kicau aduan,” tambah Agung.
Sementara itu untuk harga, burung yang panjang tubuhnya jika diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor, hanya 10 – 11 cm ini ternyata memiliki nilai cukup fantastis. Paling murah, burung ini seharga Rp300.000 dan yang paling mahal pernah terjual sekitar Rp 10.000.000 satu ekor.
“Palimng murah tigaratus rbu mas, kalau di Tuban paling mahal pernah terjual sepuluh juta,” imbuh Agung.
Sayangnya, Agung yang baru memulai penangkaran belum terlalu banyak memiliki indukan. Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar burung Pleci masih terbatas. (kim),