oleh

Tak Ada Buku Panduan, Siswa Terpaksa Belajar Gunakan Lembar Foto Copy

Siswa belajar dengan foto copy buku panduan
Siswa belajar dengan foto copy buku panduan

kotatuban.com-Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) se Kabupaten Tuban terpaaksa belajar menggunakan lembar foto copyan panduan pembelajaran kurikuluum baru 2013 (K13). Kondisi tersebut terpaksa mereka lakukan menyusul buku pandauan dari kementerian yang hingga hari ini belum diterima sekolah.

Salah satunya seperti yang nampak di Sekolah Menengah Pertamaa Negeri (SMPN 6) Tuban. Sejak penerapan sistem pendidikan baru tersebut, sekolah ini belum menerima buku panduan pembelajaran, kecuali soft copy yang dimiliki sekolah dan guru.

“Guru terpaksa membagikan soft copy kesiswa yang sudah memiliki perangkat seperti computer dan laptop, kalau tidak ya difoto copy saja,” ujar kepala sekolah SMPN Tuban, Zaenal Maftuhien.

Dia mengatakan, selain menggunakan foto copy-an, guru juga memutar DVD atau soft copy menggunakan LCD proyektor. Namun, cara tersebut dianggap kurang efektif karena siswa tidak dapat mempelajari materi yang telah disampaikan guru, untuk beljar di rumah.

“Jelas ini kurang efektif. Menggunakan proyektor, pemaparan guru memang lebih enak, tapi tentu siswa tidak dapat belajar di rumah karena bukunya tidak ada,” kata Zaenal.

Zaenal mengaku, informasi dari distributor K13, buku panduan untuk siswa SMP tersebut akan datang minggu depan, atau paling lambat dalam dua minggu ini. Agar tidak memberatkan siswa dalam mencetak maupun menggandakan buku pelajaran, siswa diminta mencetak per bab agar saat buku panduan datang, hasil copy-an tersebut tidak mubazir

“Mau bagaimana lagi mas, katanya minggu depan ini, makanya siswa juga kami himbau tidak terlalu banyak menggandakan dengaan cara foto copy. Sayang nanti kalau sudah foto copy bukunya malah datang,” tambah Zaenal.

Untuk diketahui, mulai tahun ajaran 2014/2015 ini, seluruh sekolah wajib menerapkn sistem pendidikan baru K13. Perubahan sistem pendidikan yang digadang pemerintah akan lebi baik dari seitem pendidikan sebelumnya tersebut rupanya tidak berjalan mulus. Salah satu kendala terbesar dan paling mendasar adalah buku panduan yang distribusinya terlambat, baik ntuk siswa tingkat menengah pertama maupun sekolah menengah atas dan sederajat. (kim)