oleh

Terendam Banjir, 230 Hektar Sawah di Merakurak Dinyatakan Puso

image

kotatuban.com – Sebanyak 230 hektar areal persawahan di Kecamatan Merakurak terkena puso atau gagal panen. Pasalnya, ratusan hektar sawah yang ada tanamannya padi tersebut direndam air banjir dalam beberapa pekan terakir.

Data yang diperoleh kotatuban.com, Jumat (02/01) dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tuban, 230 hektar sawah yang dipastikan gagal panen tersebut tersebar dibeberapa desa di wilayah Kecamatan Merakurak. Yaitu, di Desa Kapu seluas 25 hektar sawah, Desa Tahulu seluas 25 hektar sawah, dan Desa Mandirejo seluas 35 hektar sawah sawah terendam banjir.

Selain itu, banjir juga menggenangi areal persawahan di Desa Sambonggede seluas 35 hektar, Desa Tuwiri Kulon seluas 10 hektar, Desa Borehbangle seluas 30 hektar, Desa Suugihan seluas 30 hektar, Desa Senori seluas 10 hektar, dan Desa Sumber seluas 5 hektar sawah terendam banjir.

”Untuk Kecamatan Merakurak laporan yang masuk ke Dinas Pertanian seluas 230 hektar sawah terendam banjir. Dan dapat dipastikan tanaman padi membusuk dan akan gagal panen. Sedangkan, data untuk kecamatan lainnya belum masuk,” terang, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tuban, Hery Prastiyo saat dikonfirmasi kotatuban.com.

Diketahui, hujan deras yang terjadi di wilayah Kabupaten Tuban beberapa hari terakhir mengakibatkan ratusan hektar sawa milik warga Desa Kapu, Tahulu, Tuwiri Kulon, Mandirejo, dan beberapa desa lainnya terendam banjir. Sehingga, puluhan hektar sawah tersebut terancam puso.

Banjir merendam tanaman padi yang masih berusia sekitar satu bulan tersebut telah berlangsung beberapa hari. Dan para  petani hanya bisa pasrah melihat lahan pertaniannya berubah seperti danau. Jika rendaman banjir tak berangsur surut bisa dipastikan mereka akan mengalami gagal panen karena  padi yang ditanam para petani terancam membusuk.

”Jika air yang merendam padi milik warga ini tidak segera surut, dapat dipastikan padi-padi tersebut akan membusuk. Dan hal itu akan membuat petani rugi banyak,” terang, Sholeh (38) salah satu petani dari Desa Kapu. (duc)