oleh

Tuban Belum Layak Kota Anak

kotatuban.com-Kabupaten Tuban, yang dicanangkan sebagai kota layak anak, rupanya belum sebpenuhnya layak bagi anak-anak. Pasalnya, di kabupaten berjuluk Bumi Wali tersebut masih bayak ditemukan kekerasan terhadap anak dibawah umur, dan ironisnya kekerasan itu dalam bentuk kekerasan seksual.

Hal itu seperti diungkapkan Direktur Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR) Nunuk Fauziah. Menurut Aktifis perempuan roggolawe tersebut, dalam catatanya, kekerasan  anak dan perempuan yang terjadi sepanjang Januari hingga hari ini telah mencapai angka 80-an kasus, dengan dominaasi kekerasan terhadap anak.

“Bupati Tuban pernah mencanangkan Tuban sebagai kota layak anak, namun, yang terjadi kakus kekerasan terhadap anak masih cukup tinggi juga,” kata Nunuk, Rabu, (21/10)

Nunuk menyebut, diantara sekian banyak kasus yang sangat memprihatinkan adalah kasus pelajar yang melahirkan di kamar mandi sekolah. Selain itu kekerasan yamg dialami bocah widang bernama Fiky oleh oknum penegak hukum yang semestinya memberikan perlindungan dan mengayomi masyarakat.

“Sudah begitu berat persoalan kekerasan anak di Tuban, namun, masih belum maksimal penanganan pemerintah,“ tegas Nunuk.

Nunuk mengaku, dalam beberapa kesempatan pernah menyamaikan perlunya peningkatan edukasi bagi remaja atau usia sekolah agar terhindar dari kekerasan seksual. Sebab bukan tidak mungkin kekerasan seksual tersebut juga disebabkan ketidak fahaman baik pelaku atau korban terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh seks diusia muda.  

“Kami juga pernah menyampaikan adanya edukasi, membahas dampak negatif anak melakukan hubungan sex, lebih menekankan kepada kesehatan mental dan fisik. Sekalipun saat melakukan suka sama suka, persoalanya mereka gak tahu dampak kesehatanya. Dan dampak hukum bagi para pelaku yang biasanya adalah teman dekan korban sendiri,” paparnya.

Diberitakan sebelumnya, terdapat 20 kasus kekersasan seksual terhadap anak dibawah umur yang masuk catatan Unit Perlindngan Anak dan Perempuan (UPPA) Polres Tuban. Dari jumlah tersebut kekerasan dengan anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih mendominasi, dengan pelaku adalah orang-orang terdekat mereka.(kim)