kotatuban.com – Sebanyak 105 waranggono atau penyanyi Langen Tayub atau di Tuban lebih dikenal sebutan Sindir melakukan siraman atau “sesuci” diri di Pemandian Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Rabu (16/09).
Kegiatan siraman waranggono tersebut dilakukan satu tahun sekali setiap awal bulan Selo atau bulan ke 11 pada bulan jawa. Kegiatan itu dilakukan sebagai upaya pengsucian diri buat para waranggono maupun calon waranggono.
”Pada siraman tahun ini diikuti oleh 105 waranggono, pramugari 90 orang, dan pangrawit yang mengikuti kegiatan siraman sebanyak 47 orang,” terang, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban, Farid Akhmadi kepada sejumlah wartawan.
Menurutnya, kegiatan siraman waranggono sebagai salah satu upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban untuk mempromosikan wisata Tuban kepada masyarakat Tuban. Selain itu, juga untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) waranggono sebagai pelaku kesenian tayub.
”Kegiatan ini sebagai salah satu cara untuk mengenalkan pariwisata Tuban kepada masyarakat luas,” ungkapnya.
Selain itu, siraman waranggono yang setiap tahun dilaksanakan di Pemandian Bektiharjo tersebut agar diri para waranggono suci dan terhindar dari balak. Juga mendapatkan barokah dan rejeki yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa melalui mandi di Pemandian Bektiharjo tersebut.
”Kita setiap tahun pasti melakukan siraman di sini. Karena para waranggono percaya bahwa air yang ada di Pemandian Bektiharjo ini suci. Sehingga, air ini juga dipercaya dapat mensucikan diri para waranggono,” terang, salah satu waranggono, Purwati saat ditemui wartawan seusai ritual siraman waranggono.
Menurut waranggono asal Kecamatan Bancar tersebut, selain digunakan untuk ritual siraman waranggono pada setiap momen ini juga digunakan untuk citra resmi atau wisuda waranggono yang baru. Sedangkan, pada ritual siraman tahun ini ada 9 orang waranggono baru yang diwisuda.
”Tahun ini ada 9 orang waranggono baru yang diwisuda. Berarti 9 waranggono tersebut setelah ritual ini bisa manggung,” tuturnya.
Endang, waranggono lainnya, mengatakan, kegiatan ritual siraman waranggono ini sebagai upaya yang dilakukan oleh para seniman lagen tayub untuk melestarikan budaya asli Tuban tersebut. Sehingga, kesenian warisan budaya yang adiluhung ini tidak punah tergerus oleh zaman.
”Ini budaya kita, maka harus kita uri-uri dan kita kenalkan kepada masyarakat terutama para generasi muda agar mengenal budaya ini,” pungkasnya. (duc)