
kotatuban.com – Kemelut yang dihadapi warga Desa Rahayu, Kecamatan Soko dengan operator minyak dan gas (Migas) Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) tak kunjung ada pangkal ujungnya. Persoalan antara warga dengan perusahaan tersebut terkait kompensasi flare dari perusahaan tidak dibayarkan kepada warga sejak Januari 2016 hingga saat ini.
Bahkan, warga Desa Rahayu mengancam akan memberi portal atau menutup akses masuk ke wilayah operasi perusahaan tersebut, jika kompensasi warga tidak segera diberikan oleh warga yang terdampak dari operasinya perusahaan tersebut.
”Jika kompensasi flaer tidak segera diberikan kepada warga. Kita bersama warga dalam minggu-minggu ini akan melakukan aksi pemortalan akses masuk ke JOB PPEJ,” ungkap, Kepala Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Sukisno, kepada kotatuban.com, Jumat (05/08).
Menurutnya, pemortalan akses masuk ke JOB PPEJ tersebut terpaksa dilakukan oleh warga Desa Rahayu agar pihak perusahaan mau berdialog dengan warga. Sehingga, warga dapat mengetahui secara pasti alasan perusahaan tidak memberikan kompensasi dampak flaer.
”Jika perusahaan mengatakan bahwa flaer sudah tidak berdampak, silahkan mencoba sendiri tinggal disekitar flaer bagaimana rasanya,” ujar Sukisno.
Sementara itu, Field Manager Joint Operating Body Pertamina PetroChina East Java (JOB PPEJ), Sugeng Setiono menegaskan, korporasi yang dipimpinnya akan mengikuti semua aturan main tentang operasi dan bisnis hulu migas yang digariskan undang-undang (UU) maupun peraturan perundang-undangan lainnya.
Karena itu, korporasi tak mudah meloloskan dan meluluskan tiap tuntutan dan desakan kepentingan dari pihak lain kepada korporasi yang menyangkut keuangan maupun aspek lainnya. Hal itu dikatakan Sugeng saat pertemuan dengan muspika Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban dan perwakilan warga Desa Rahayu, Kecamatan Soko di kantor Kecamatan Soko, Kamis (27/07) lalu. (duc)