Mahmud Akhirnya Meninggalkan Randuanak

kotatuban.com-Setelah dibubarkan pada malam harinya, Abubakar Mahmud akhirnya meninggalkan  Dusun Randuanak, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Tuban. Kesediaan pimpinan jamaah untuk meninggalkan tempat aktifitasnya itu setelah dilakukan pertemuan di balai desa setempat.

“Setelah kita lakukan pertemuan antara warga dan Abubakar Mahmud, pimpinan jamaah itu akhirnya meninggalkan tempat aktifitasnya,” tegas Kepala Desa Bektiharjo, Restu usai memimpin mediasi itu, Rabu (12/2).

Mahmud (rambut putih) saat meninggalkan Dusun Randuanak
Mahmud (rambut putih) saat meninggalkan Dusun Randuanak

Ditambahkan, Restu,  membenarkan pemerintah desa  belum pernah mendapatkan pemberitahuan sama sekali selama ada aktifitas itu ada didesanya sejak dua tahun lalu. Bahkan, pimpinan jamaah sempat ditegur warga untuk meminta ijin.

“Memang tidak ada ijin, kami juga menunggu tapi sudah dua tahun di sini tidak mmberitahu pemerintah desa. Sehingga, warga marah dan mengusur Mahmud dan jamaahnya,”  terang Kepala desa.

Didampingi beberapa orang anggotanya Abubakar Mahfud pimpinan jamaah, menemui warga dan tokoh agama setempat dengan mediator Kepala desa.

Abubakar Mahmud yang ditemui setelah melakukan mediasi dengan warga mengatakan, jika aktifitasnya selama ini tidak menyimpang, semua masih sesuai dengan sariat agama. Dia juga mengatakan, jika selama ini tidak pernah mengajak orang untuk mengikuti dirinya (menjadi jamaahnya) karena semua orang yang datang itu atas kemauan sendiri.

“Kami tidak melakukan apa-apa, tidak ada namanya jamaah atau yang lain. Mungkin karena ada orang berkumpul itu jadinya disebut berjamaah, saya gak pernah mengundang santri dan pengikut. Mereka sendiri yang datang,” kata Mahfud yang kemudian buru-buru masuk ke mobil dan pergi.

Sementara itu, Arifin (46) tokoh agama Dusun Randuanak, Desa Bektiharjo mengatakan, warga sudah terlanjur menginginkan Mahfud dan para jamaahnya bubar dan hilang dari tempat tinggal mereka. Apalagi,  Abubakar Mahfud yang merupakan pimpinan tempat tersebut tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan warga sekitar.

“Warga pokoknya sudah tidak mau lagi mereka melakukan aktifitasnya di wilayah ini,” kata Arifin.

Informasi yang beredar jamaah tersebut juga pernah berada di Kecamatan Jenu, namun, dibubarkan warga.Hingga ahirnya sekitar 2 tahun lalu pindah di Desa Bektiharjo, Semanding.

Arifin mengaku, warga tidak mencurigai itu sebagai aliran sesat, hanya saja warga merasa penasaran karena aktifitasnya dinilai tidak jelas. Daripada timbul hal yang negatif warga berinisiatif membubarkan perkumpulan itu.

“Warga tidak menuduh itu aliran sesat, hanya penasaran saja. Sebab sampai dua tahun tidak pernah ada komunikasi dengan warga sekitar,” sambung Arifin. (kim)

Leave A Reply

Your email address will not be published.